Paris (ANTARA News) - Raksasa otomotif Prancis, Renault, pada Jumat mengumumkan capaian laba bersih sepanjang semester I-2018 sebesar 2,04 miliar euro (sekira Rp34 triliun) yang menyusut sebesar 16,3 persen dibandingkan laba bersih 2,437 miliar euro (sekira Rp40 triliun).

Renault terang-terangan menyebut dalam keterangan resminya bahwa penyusutan laba bersih itu terimbas melemahnya kontribusi Nissan sebagai mitra strategis mereka dalam aliansi tersebut.

"Penurunan ini berasal dari kontribusi Nissan, turun 483 juta euro, yang terutama diuntungkan dari perolehan modal tahun lalu," tulis pernyataan tersebut.

Kendati demikian, margin operasional Renault dalam enam bulan pertama 2018 mencapai rekor 6,4 persen dari total penjualan.

Renault-Nissan menjalin kemitraan aliansi yang berdasarkan kepemilikan silang antara kedua perusahaan yang dipimpin Carlos Ghosn.

Nissan pada Kamis (26/7), melaporkan penurunan laba bersih 14,1 persen pada kuartal pertama tahun fiskal 2018 menjadi 1,05 miliar dolar AS (Rp15,1 triliun).

Baca juga: Ghosn pastikan merger Renault-Nissan tidak akan terjadi sebelum 2020

Direktur keuangan Renault, Clotilde Delbos, melalui  teleconference mengatakan "perusahaan berhasil mencapai rekor meskipun ada angin yang menggoyahkan".

Dia menunjuk kenaikan biaya bahan baku -- terutama baja -- serta pergerakan nilai tukar mata uang sebagai faktor lain yang tidak menguntungkan bagi Renault.

"Grup ini membukukan rekor baru dalam setengah tahun pertama dalam lingkungan ekonomi yang bergejolak," kata CEO Carlos Ghosn dalam pernyataan itu.

"Hasilnya memberikan kami keyakinan dalam pencapaian kami tahun ini," tambahnya.

Renault berharap mempertahankan marjin operasionalnya di atas 6 persen hingga akhir tahun, demikian AFP.

Baca juga: Nissan Leaf puncaki penjualan mobil listrik di Eropa

Baca juga: Nissan Juke sudah diproduksi 1 juta unit di pabrik Sunderland
Penerjemah: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018