Tokyo (ANTARA News) - Toyota Motor Corps berencana melipatgandakan investasi pada kendaraan berbahan bakar hidrogen (fuel cell vehicle/FCV) yang akan dilakukan secara bertahap melalui berbagai model kendaraan dari SUV (sport utility vehicle), bus, dan truk, hingga tahun 2025.

Perusahaan pembuat Prius - mobil hibrid ramah lingkungan pertama di dunia yang diproduksi massal pada 1990-an - itu menyakini mampu mempopulerkan FCV asalkan harga jual lebih murah.

Pada 2020, Toyota akan memperkenalkan Mirai versi terbaru sebagai mobil berbahan bakar hidrogen, guna membuktikan anggapan yang keliru dari pakar-pakar industri yang menyebutkan rencana itu tidak akan menguntungkan.

"Kami akan beralih dari produksi terbatas ke produksi massal, mengurangi jumlah penggunaan bahan mahal seperti platinum yang digunakan dalam komponen FCV, dan membuat sistem lebih kompak dan kuat," kata Chief Engineer Mirai , Yoshikazu Tanaka, dalam sebuah wawancara dilansir Reuters, Jumat.

Baca juga: Toyota ungkap Sora, konsep bus bertenaga "fuel cell"

Rencana tersebut akan dilakukan secara bertahap, meliputi model-model FCV lainnya termasuk SUV, pick-up, dan truk komersial pada 2025, kata seorang sumber.

Di sisi lain, raksasa otomotif Jepang tersebut menolak berkomentar terkait rencana spesifik pada produk masa depan mereka.

Kendati demikian, Toyota akan bersaing dengan pabrikan Amerika Serikat Tesla yang sudah memproduksi massal mobil listrik dari segmen sedan hingga truk berukuran besar.

"Kami akan menggunakan banyak bagian dari mobil penumpang yang ada, dan model lain memungkinkan pada truk berbahan bakar hidrogen," kata Manajer Perencanaan Bisnis pada proyek fuel cell Toyota, Ikuo Ota.

Ia menambahkan, "Kalau tidak, kami tidak akan melihat manfaat dari produksi massal ini."

Baca juga: Begini cara Toyota Mirai diproduksi

Improvisasi Mirai

Toyota juga mengembangkan Mirai agar memiliki daya jelajah yang lebih jauh, dari 500 kilometer menjadi 700-750 kilometer, bahkan diharapkan menjangkau 1.000 kilometer pada 2025, kata sumber lainnya.

Diawali dengan keyakinan bahwa hidrogen akan menjadi sumber utama energi bersih dalam 100 tahun ke depan, Toyota telah mengembangkan FCV sejak awal 1990-an.

Hidrogen adalah unsur paling melimpah di alam semesta dan menyimpan lebih banyak energi daripada baterai dengan bobot yang setara.

Mirai merupakan FCV produksi pertama di dunia saat diluncurkan pada 2014.

Sayangnya, harga Mirai cukup mahal 60.000 dolar AS (Rp863 juta) sebelum diberikan insentif dari pemerintah, serta kurangnya infrastruktur pengisian bahan bakar yang membatasi penggunaan mobil ramah lingkungan itu.

Kendati demikian, Mirai telah terjual 6.000 unit secara global.

Baca juga: Honda pamer sedan Clarity Fuel Cell di Indonesia

LMC Automotive memperkirakan FCV hanya akan menghasilkan 0,2 persen dari total penjualan mobil penumpang secara global pada 2027, dibandingkan 11,7 persen untuk mobil listrik berbaterai.

Badan Energi Internasional memprediksi populasi FCV akan lebih sedikit ketimbang mobil listrik bertenaga baterai dan plug-in hibrid sampai 2040.

Banyak pabrikan mobil, termasuk Nissan dan Tesla, yang menilai bahwa mobil bertenaga baterai sebagai solusi terbaik. Adapun pabrikan lainnya yang memiliki proyek FCV selain Toyota adalah Honda dan Hyundai, demikian Reuters.

Baca juga: Hyundai memulai jual mobil hidrogen Nexo di Korea

 
Penerjemah: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018