Paris (ANTARA News) - Dua perusahaan dalam satu aliansi, Renault dan Nissan, sedang meninjau struktur kepemilikan kendati penggabungan dua perusahaan itu menjadi satu merek tidak akan terjadi setidaknya sampai 2020, kata pimpinan Renault-Nissan-Mitsubishi Carlos Ghosn, Rabu (23/5) waktu setempat.

Berbicara pada konferensi Bloomberg, Ghosn menegaskan para pembuat mobil itu tengah mengkaji sebuah cara guna mempererat aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi serta mengakhiri keraguan tentang kelangsungan perusahaan  di masa mendatang setelah langkah itu diambil.

Renault saat ini memiliki 43,4 persen Nissan, yang juga mengendalikan Mitsubishi Motors.

Ketika ditanya apakah langkah itu akan mengubah pabrikan Renault dan Nissan menjadi satu entitas terdaftar (satu merek) pada tahun 2018 atau 2019, Ghosn menjawab, "Saya tidak berpikir begitu."

Baca juga: Aliansi Nissan lewati VW jadi produsen mobil terlaris dunia

Pada Februari 2018, Renault membukukan rekor penjualan dan keuntungan pada 2017 berkat penghematan biaya produksi yang dijalankan di bawah kepemimpinan Carlos Ghosn di tengah aliansi dengan Nissan dan Mitsubishi.

Aliansi ini juga menggalang kesuksesan sebagai produsen kendaraan ringan dengan penjualan tertinggi di dunia pada 2017 berkat bergabungnya Mitsubishi Motors.

Penjualan Nissan Motor mencapai rekor tertinggi sebanyak 5,82 juta unit, pabrikan Prancis Renault 3,76 juta unit, dan Mitsubishi 1,03 juta mobil dengan total penjualan 10,61 juta unit kendaraan ringan, demikian Reuters.

Baca juga: Aliansi Nissan-Mitsubishi kucurkan dana investasi untuk startup
Pewarta:
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018