Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Sisno Adiwinoto mengatakan, ada ketidakcermatan dalam penyidikan kasus mutilasi seorang anak di Jakarta Timur hingga menyebabkan salah identifikasi. Ia mengatakan hal itu di Jakarta, Kamis, menanggapi ditemukannya kembali Asep Ridwan (11) oleh pihak keluarga padahal sebelumnya ia dinyatakan sebagai korban mutilasi. Menurut Sisno, kendati terjadi kesalahan identifikasi namun petugas yang menangani tidak sepenuhnya bertanggungjawab atas kasus ini sebab banyak faktor yang menjadi pertimbangan. "Ada hal teknis yang tidak dilaksanakan petugas karena identifikasi jenasah hanya berdasarkan pengakuan pihak keluarga korban saja," katanya. Harusnya, katanya, petugas yang melakukan identifikasi berdasarkan tes laboratorium seperti sidik jari, struktur gigi dan tes DNA. Polri tidak bisa menyalahkan sepenuhnya jika petugas tidak melakukan upaya identifikasi secara ilmiah karena berbagai kendala yang ada. "Kita bicara sidik jari padahal belum ada sidik jari pembanding. Lalu mau identifikasi gigi, padahal korban belum pernah ke dokter gigi. Terus bicara tes DNA yang membutuhkan dana hingga Rp6 juta. Dari mana petugas mendapatkan dana Rp6 juta," katanya. Kendati di sisi penyidikan terjadi ketidakcermatan namun Polri menilai bahwa petugas yang menangani telah memberikan pelayanan yang cukup bagus kepada keluarga korban. "Karena ada keluarga yang mengaku bahwa jenasah yang dimutilasi itu sebagai anggota keluarga maka dengan cepat polisi menyerahkan. Kan kasihan juga kalau dipersulit. Pertimbangan kemanusiaan ini yang menyebabkan prosedur identifikasi secara laboratorium dilewati," katanya. Sebelumnya, setelah diyakini menjadi korban mutilasi dan jasadnya dimakamkan oleh pihak keluarganya, Asep akhirnya ditemukan masih hidup dan segar bugar oleh ayahnya secara tidak sengaja dalam gerbong kereta api antara Stasiun Purwakarta menuju Stasiun Cibungur. "Saya menemukannya saat dalam perjalanan ke Jakarta memenuhi panggilan Polsek Cakung. Saat di dalam kereta api, saya melihatnya sedang memikul karung sedang memungut plastik bekas di gerbong kereta api pada Rabu sekitar pukul 14.00 WIB," kata ayah Iwan, Kamaludin (35), kepada wartawan di Polsekta Kiara Condong Bandung. Kedatangan Asep yang semula menjadi korban mutilasi, sontak membuat warga Kiara Condong, Bandung pada Jumat (13/7), kaget, karena mereka telah menguburkan jenazah bocah yang sebelumnya diyakini sebagai mayat Asep yang menjadi korban mutilasi di kawasan Klender Jakarta.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007