Jakarta (ANTARA News) - Dalam menjalankan pekerjaan mereka, tak jarang para pengemudi taksi yang bermitra dengan penyedia aplikasi pemesanan transportasi daring menghadapi kejadian tak biasa, dari yang berakhir bahagia hingga berujung duka.

Blithaaa, yang menekankan bahwa namanya "huruf 'A'-nya ada tiga ya", pernah mengantar dua artis dari lokasi pengambilan gambar menuju ke rumah mereka. "Pernah mengatar Tyo Pakusadewo dan Baim Wong ke rumahnya," kata dia.

Menurut Blithaaa ketika itu kedua pelakon itu mengaku mereka sedang tidak membawa kendaraan pribadi dan memilih menggunakan taksi biar hemar bahan bakar dan tidak perlu repot parkir.

Ketika itu, ia menuturkan, Baim Wong sempat menceritakan pengalamannya menjadi pengemudi taksi mitra penyedia aplikasi layanan pemesanan transportasi daring saat mengikuti program dari Grab.

"Dia bilang semangat, Pak, walaupun argo-nya kecil hehehe," kata Blithaaa.

Blithaaa suka menjadi pengemudi taksi online karena setiap hari bisa bertemu orang-orang baru dan dengan demikian peluangnya untuk memperluas jaringan terbuka. Suatu waktu, dia pernah mengantar seorang penumpang yang ternyata pengepul buah-buahan.

"Saya punya bisnis perkebunan di Bali. Jadi rekan bisnis deh," kata dia.

Pengemudi yang lain, Hery Phiel, punya pengalaman berkesan selama beberapa tahun mengemudi taksi online, termasuk mengantar orang asing dan mendapat bayaran besar.

"Trip paling jauh saya dari Cikarang (Bekasi) ke Bandara Soekarno Hatta (Tangerang, Banten)," kata Hery, yang pada Rabu (28/3) berpartisipasi dalam demo sopir taksi online di Istana Negara.

Dia tidak ingat kapan persisnya dia mengantar pemesan layanan dari Cikarang ke Bandara Soekarno-Hatta yang menurut peta daring jaraknya sekitar 78 kilometer. Yang jelas itu terjadi ketika itu penyedia aplikasi transportasi belum terikat regulasi pembatasan wilayah operasional.

Hery ketika itu harus menempuh perjalanan selama empat jam dan mendapat bayaran Rp350.000. "Waktu itu high fare, tarif jadi Rp 350.000," kata Hery, menambahkan tarif itu belum termasuk tarif jalan tol.


Saksi Kedukaan

Sementara bagi Aded Saputra, pengalaman yang paling tak terlupakan selama "narik" taksi berbasis layanan pemesanan daring itu terjadi tahun lalu, ketika dia mendapat pesanan untuk menjempur dua penumpang dari sebuah rumah sakit di Depok dan mengantar mereka ke rumah sakit di Cibinong.

"Katanya alat tidak ada di rumah sakit itu, makanya dirujuk ke rumah sakit lain," kata Aded mengutio alasan penumpangnya pindah rumah sakit.

Dia tidak tahu kalau ketika itu salah satu penumpangnya, seorang perempuan berusia 60 tahun, sedang sakit keras. "Dia meninggal di perjalanan, di pangkuan anaknya," kata Aded.

Aded menyaksikan langsung peristiwa duka yang terjadi di dalam mobilnya ketika itu dan tidak tahu harus berbuat apa, sehingga akhirnya memutuskan untuk menunggu di rumah sakit, khawatir penumpangnya butuh bantuan.

"Saya tunggu sampai jenazah dipulangkan naik ambulans. Saya nggak kepikiran yang lain-lain waktu itu, tarif pun enggak," kata dia.

 

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018