Si perempuan sudah teriak-teriak kesakitan, dia minta saya ngebut supaya cepat sampai di rumah sakit. Tapi suaminya minta jangan cepat-cepat...
Jakarta (ANTARA News) - Di sela aksi para sopir taksi yang bermitra dengan perusahaan penyedia layanan pemesanan transportasi daring di depan Istana Negara pada Rabu (28/3) siang, Firdaus menuturkan pengalamannya.

Sambil menunggu kawan-kawannya yang akan berpawai dari Patung Kuda ke Istana Negara, dia menceritakan beberapa pengalaman berkesannya selama bergabung dengan penyedia aplikasi layanan pemesanan transportasi dalam dua tahun terakhir.

"Wah, banyak banget, Mbak, yang berkesan. Baru dua minggu yang lalu, saya deg-degan mengantar penumpang," kata Firdaus, yang tinggal di Cileungsi, Bogor.

Ia lantas bercerita tentang kejadian siang itu, ketika ia mengambil penumpang di daerah Bantar Gebang, Bekasi. Di aplikasi Grab, sang penumpang tidak memberitahukan kondisinya kepada pengemudi. Firdaus baru tahu penumpangnya sedang hamil besar saat sampai di titik penjemputan.

"Dia hamil besar, naik bareng suaminya," cerita Firdaus.

"Si perempuan sudah teriak-teriak kesakitan, dia minta saya ngebut supaya cepat sampai di rumah sakit. Tapi suaminya minta jangan cepat-cepat. Saya grogi banget harus gimana," katanya.

Rumah sakit yang dituju tidak begitu jauh dari lokasi penjemputan, namun karena lalu lintas sedang macet Firdaus harus menempuh perjalanan dalam 30 menit yang menegangkan.

"Jalan yang dilewati sedikit berbatu, saya khawatir dia tambah mulas. Saya coba jalan pelan-pelan, lewat jalur pinggir supaya ada celah, tapi disuruh buru-buru," kenang dia.

Di satu sisi, Firdaus ketika itu sebetulnya ingin melaju cepat supaya penumpang bisa lekas sampai di rumah sakit untuk mendapat bantuan medis, tapi dia juga khawatir bayi penumpangnya lahir di dalam mobil.

"Sampai rumah sakit, saya langsung parkir, panggilkan dokter," kata dia.

Firdaus lega karena berhasil mengantar penumpang dengan selamat dan bisa segera ditangani rumah sakit.

Cerita Dani

Seperti Firdaus, pengemudi Dani Suhendro yang bermitra dengan Uber juga pernah mengantar penumpang perempuan yang sedang hamil besar. Tahun lalu dia mengantar ibu hamil dari Narogong ke ke sebuah rumah sakit di Cibubur.

"Dia sudah mulas waktu naik mobil," kata Dani.

Ketika itu dia berpikir jalur menuju rumah sakit yang macet mungkin membuat penumpang menjadi stres sehingga dia semakin mulas dan kontraksi.

"Dia sendirian naik mobil, jadi di mobil cuma kami berdua. Di jalan mulas terus, akhirnya bayinya keluar di dalam mobil. Wah, bayangkan saja, lah, waktu itu saya paniknya kayak gimana."

Dani ketika itu berusaha memacu mobilnya secepat yang dia bisa dalam kondisi macet dan panik, sambil berusaha menjaga penumpang tetap selamat. Waktu bayi penumpangnya lahir, mobilnya sudah sampai dekat rumah sakit.

"Saya langsung panggil dokter, ibu itu langsung dibawa. Saya hanya antar sampai rumah sakit, enggak berani pakai handphone dia untuk hubungi keluarganya, selain khawatir dikira berniat enggak baik, waktu itu enggak kepikiran juga," kata Dani.

Meski ketika itu tidak memikirkan bayaran, Dani mengaku mendapat bayaran sangat banyak, jauh melebihi tarif yang ditetapkan, dari penumpang yang dia bantu.

"Rezeki dia, lahiran mudah-mudahan selamat. Rezeki saya juga bisa mengantar dia, dibayar lebih pula," demikian Dani Suhendro.
 

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018