Sana`a (ANTARA News) - Gonta-ganti nada telepon seluler (ponsel) dan tukar-menukar pesan singkat (Short Mesagge Service/SMS) yang sebagian berisi suara atau gambar mesum, menguras kantong warga Mesir senilai 186 juta pound Mesir (sekitar Rp300 miliar) per tahun. Hasil penelitian terbaru di negeri Lembah Nil itu, seperti dikutip harian Al-Bayan, Uni Emirat Arab (UAE) Senin (9/7) menyebutkan bahwa warga negeri itu menghabiskan biaya tersebut untuk membeli nada panggil dan tukar menukar SMS ``tidak senonoh``. Harga satu nada panggil 1,5 pound (sekitar 26 sen) dan bagi kalangan pemuda setempat, tukar menukar SMS berisi gambar dan nada mesum sesama mereka merupakan kebanggaan, meskipun secara tidak sadar telah menguras isi kantong mereka. Hasil penelitian yang dilakukan Badan Telkom Nasional Mesir itu menyebutkan bahwa nada-nada panggil yang laris di kalangan kaula muda adalah lagu-lagu terbaru (hits) termasuk lagu dalam sinetron. Sedangkan kaum tua yang berumur 50 tahun ke atas lebih senang menggunakan nada panggil lagu-lagu lama yang dinyanyikan artis legendaries semisal Ummu Kalsum dan Abdul Halim Hafiz. Penyalahgunaan ponsel tersebut menimbulkan kekhawatiran banyak pihak di negeri Piramida itu, karena selain biaya yang dikeluarkan tergolong besar, juga dapat berdampak terhadap akhlak. "Harus ada pengawasan terhadap penyalahgunaan SMS dan nada dering yang berbau mesum tersebut di kalangan remaja, agar dampaknya tidak meluas di tengah masyarakat Mesir," kata Ir. Ala Fahmi, mantan kepala Telkom Mesir. Seorang pakar ilmu jiwa Mesir mengimbau dilakukan gerakan penyadaran di kalangan kaula muda dan remaja, agar dapat mengingatkan mereka akan bahaya penyalahgunaan alat telekomunikasi tersebut. "Perlu dilakukan penyadaran di kalangan remaja agar alat tersebut yang sedianya dapat digunakan secara produktif tidak menjadi alat penghancur dan merusak akhlak mereka," ujar Dr. Hashim Bahri, guru besar ilmu jiwa Universitas Al-Azhar. Menurut dia, perlu dilakukan penyadaran bahwa pembelian nada panggil yang aneka ragam itu dan tukar menukar SMS `tidak senonoh` hanya akan merugikan secara materi dan menyebarkan pemikiran kotor. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007