Samarinda (ANTARA News) - Warga Islam Samarinda terkejut serta memprotes keras mengenai pemuatan karikatur Nabi Muhammad, SAW pada Buletin Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Samarinda. Dilaporkan di Samarinda, Senin bahwa gambar itu diduga diambil dari internet karena mirip dengan yang pernah dimuat oleh surat khabar Swedia sehingga mengundang kemarahan umat islam seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pada edisi III/TH I/VI/2007 yang berjudul "Mewaspadai Gerakan Kelompok Islam Ekstrim" terdapat dua karikatur. Salah satunya karikatur itu menunjukkan seorang pria memakai sorban memegang pedang yang diapit dua wanita dan di kepalanya bertuliskan Muhammad. "Selama dua hari, saya mendapat SMS dari seluruh umat Islam dari seluruh Kaltim. Mereka mempertanyakan masalah karikatur itu sehingga hari ini saya langsung menemui pihak STAIN dan pengelola buletin itu," kata Ketua MUI Samarinda KH. Zaini Naim ketika dikonfirmasi melalui telepon selularnya. Pihak MUI yang dipimpin KH. Zaini Naim langsung menemui Ketua STAIN Samarinda Abdul Hadi dan Pimpinan Redaksi Buletin STAIN Taufik Bil Haqi untuk menanyakan tujuan pemuatan karikatur tersebut. Ketua MUI Samarinda menilai bahwa karikatur tersebut memang mirip dengan karikatur yang pernah dimuat di sejumlah media di Swedia. "Karikatur itu jelas melecehkan umat Islam. Pihak STAIN sendiri mengaku tidak tahu pemuatan karikatur tersebut namun pak Abdul Hadi baik secara institusi maupun pribadi meminta maaf kepada umat Islam," imbuh dia. Awalnya, pihak pengelola buletin itu sempat bersikeras bahwa karikatur itu tidak ada niat untuk melecehkan tetapi setelah pihak MUI memberi penjelasan tentang tidak bolehnya memuat gambar Nabi Muhammad, SAW dalam bentuk apapun, akhirnya mereka meminta maaf. Ditanya sikap MUI Samarinda atas karikatur itu, KH. Zaini Naim mengaku tidak menempuh jalur hukum karena mereka sudah minta maaf. Namun, katanya menambahkan bahwa MUI tidak menjamin apabila ada Ormas Islam yang akan membawa kasus itu ke proses hukum. "Kami sangat menyayangkan pemuatan karikatur itu tetapi karena pihak pengelola (buletin kampus) sudah meminta maaf, maka kami sebagai orang tua tentunya memberi maaf tetapi kami sudah memberikan warning keras agar hal itu tidak diulangi," katanya. "Kita menginginkan agar Samarinda tetap kondusif sehingga saya menghimbau agar masalah ini tidak terlalu dibesar-besarkan. Semua pihak agar menahan diri, mari kita selesaikan ini secara baik-baik," katanya. Pihaknya juga mengharapkan agar semua pihak menyelesaikan masalah itu dengan kepala dingin, jangan sampai dimanfaatkan pihak lain untuk memperkeruh suasana Kaltim yang selama ini aman. Ketua STAIN Samarinda Abdul Hadi usai pertemuan dengan pihak MUI Samarinda mengaku tidak tahu adanya pemuatan karikatur Nabi Muhammad, SAW pada Buletin STAIN. Namun, Abdul Hadi mengaku pihaknya secara terbuka meminta maaf kepada umat Islam serta berharap masalah itu tidak menjadi polemik yang bisa membuat kondisi Kaltim tidak aman. Sementara, Pimpinan Redaksi Buletin STAIN Taufik Bil Haqi tetap membantah tentang adanya niat untuk melecehkan umat Islam. Dia mengaku bahwa tidak punya maksud tertentu di balik pemuatan karikatur yang dianggap mirip dengan karikatur Nabi Muhammad tersebut. "Karikatur itu kami ambil dari internet dan tidak ada sedikitpun niat melecehkan Nabi Muhammad. Mana mungkin saya sebagai orang Islam sendiri mau menghina Rasul kita. Apabila hal itu dianggap salah, maka saya mewakili redaksi meminta maaf," katanya. Mengenai segera kemungkinan ditariknya edisi yang memuat karikatur Nabi Muhammad pada buletin 18 halaman itu dari peredaran, Taufik Bil Haqi mengaku tidak tahu. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007