Waktu kecil saya ngaji. Paling nggak untuk me-refresh."
Jakarta (ANTARA News) - Aktor Donny Damara mengungkapkan sempat merasa khawatir kala harus memerankan tokoh sentral bernama Mukdi dalam film terbarunya, "Guru Ngaji". Apa yang membuat dia khawatir?

Berikut petikan wawancara singkat bersama Donny kala dia berkunjung  ke kantor ANTARA News di Jakarta, belum lama ini. 

Apa alasan Anda mau terlibat dalam film ini? 

Saya pertama melihat siapa yang menulis, siapa yang mendirect, lalu saya lihat ceritanya seksi. Artinya bagaimana yang dilihat sebagai tokoh Mukdi, yang dia sebagai sosok guru ngaji, bagaimana dia menyikapi kekurangannya, bagaimana dia ingin memenuhi kebutuhan keluarganya dan menyenangkan keluarganya.

Lalu, bagaimana sikap guru ngaji itu bertoleransi terhadap lingkungan sosialnya. Balik lagi bagaimana dia ingin menyenangkan keluarganya seperti layaknya ayah dan suami, dia punya pekerjaan lagi sebagai badut yang mana lingkungan sosialnya tidak tahu.

Sempat melakukan riset untuk karakter ini?

Tentunya cerita ini ditulis berdasarkan riset tentang guru mengaji di Indonesia, belum tentu dibayar menggunakan uang tunai, dibayar dengan sembako dan banyak yang berprofesi ganda, menjadi penjual minyak.

Kebetulan di sini sebagai badut yang bersahabat dengan Parmin (Ence Bagus). Kepada Parmin dia bisa open

Sempat juga berguru pada guru mengaji?

Waktu kecil saya ngaji. Paling nggak untuk me-refresh. Sekarang membaca saja, rutin seminggu sekali, bersama guru ngaji. Kalau Ence datang ke mushala setiap magrib. 
 
Apa kesulitan saat memerankan karakter Mukdi?

Pertama-tama kekhawatiran itu dari saya sendiri, menjadi sosok guru ngaji akan ditiru segala tindak tanduknya, perilakunya. Kekhawatiran terbesar yang saya hadapi adalah ketika melafazkan, takut salah qalqalahnya, tajwidnya.

Tetapi ada ustad, saya tanya bagaimana cara membacanya dan lainnya. 

Sempat banyak salah saat membaca ayat suci?

Salah nggak, hanya cara melafazkannya saja yang kurang baik. Remind-nya seperti kalau saat guru mengajar pada kita, kita ada mengantuk, ingin main.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018