Semarang (ANTARA News) - Sekolah-sekolah formal di Indonesia tidak memberi alokasi waktu untuk membekali siswanya dengan pendidikan dan pengalaman kewirausahaan (enterpreneurship) sehingga ketika lulus sekolah mereka tidak siap membuka usaha. Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Susilo Wibowo di Semarang, Kamis mengatakan, China dan India merupakan dua bangsa yang peduli dengan mengembangkan semangat kewirausahaan pada peserta didiknya, karena itu kini kedua bangsa ini memiliki pengusaha dalam jumlah banyak. Ia memberi contoh, di Kota Semarang tak ada sekolah yang mendidik dan menyiapkan siswanya untuk menjadi pengusaha, kecuali Sekolah Karangturi Semarang yang sebagian besar siswanya dari etnis China. Menurut dia, untuk membangun sebuah bangsa yang memiliki perekonomian kuat, sejak dini harus disiapkan manusia-manusia yang memiliki keterampilan berdagang. "Di Turki, anak-anak SD juga sudah dididik jadi pengusaha," kata Susilo. Susilo, dokter spesialis andrologi itu mengaku sejak kecil hingga sebelum menjadi Rektor Undip selalu menjalankan bisnis dan karena kini menjadi rektor, usahanya kini dijalankan anaknya. Dalam beberapa kali kesempatan, ia menegaskan pentingnya pendidikan bisnis pada siswa dan mahasiswa. Ia mengemukakan, Fakultas Ekonomi Undip memiliki Business Incubator Center (BIC) dan waktu lalu mendidik 300 mahasiswa untuk dipersiapkan menjadi pengusaha. Namun yang akhirnya mau membuka usaha sendiri hanya satu persen atau 3-4 orang. Menurut dia, sedikitnya mahasiswa yang memilih jadi pengusaha karena pendidikan bisnis itu diajarkan terlambat. Seharusnya pendidikan kewirausahaan itu dimulai dari SD sehingga jiwa dan nilai-nilai seorang pengusaha tumbuh sejak dini, katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007