Surabaya (ANTARA News) - Meskipun terlihat kurang sehat, politisi senior Sabam Sirait tetap tidak kehilangan selera humor saat tampil dalam diskusi buku karyanya berjudul "Meniti Demokrasi Indonesia" di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Kamis. Pada kegiatan yang digagas Forum Studi Sosial Dharmawangsa Universitas Airlangga (Unair) dengan Gereja Kristen Injil (GKI) Sinode Jatim itu, Sabam yang diberi kesempatan memberi pengantar mengemukakan bahwa dirinya sebetulnya bukan seorang pemberani. "Tapi, meskipun demikian, paling sedikit saya juga bukan penakut," kata Sekretaris Jenderal (Sesjen) Partai Kristen Indonesia (Parkindo) pada 1967-1973, dan Sesjen Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 1973-1986 itu. Lelaki yang pernah kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) Jakarta, dan mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) itu mengemukakan juga bahwa dirinya bukan tokoh yang radikal. Bahkan, ia mengaku, dalam perjalanan politiknya seringkali memilih jalan kompromi. Masih dalam nada berkelakar Sabam mengatakan, sejak era reformasi tidak banyak lagi berkomentar, karena itu kalau saat ini diminta berkomentar, maka dirinya merasa seperti muda kembali. "Saya teringat kata-kata orang Prancis yang menyebutkan bahwa kalau umur 30 tahun tidak radikal, ia justru bukan manusia, tapi kalau umur 50 tahun masih radikal, maka ia bego. Tapi, tidak semua omongan orang Prancis itu betul," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007