Kami merekomendasikan penggunaan Pertamax atau setidaknya Pertalite. Saya rasa industri otomotif lain juga begitu, termasuk sepeda motor."
Jakarta (ANTARA News) - PT Toyota Astra Motor (TAM) dan PT Hyundai Mobil Indonesia (HMI) membenarkan pihaknya merekomendasikan penggunaan BBM yang lebih berkualitas, seperti Pertalite dan Pertamax.

Menurut Public Relation Manager TAM Rouli Sijabat di Jakarta, Rabu hal itu karena mesin-mesin mobil Toyota, terutama keluaran terbaru, memang disesuaikan dengan konsumsi BBM dengan oktan tinggi.

"Tentu saja (kami rekomendasikan). Karena untuk emisi yang lebih bersih serta efisiensi bahan bakar yang lebih baik, salah satunya diperoleh melalui teknologi engine dengan kompresi yang tinggi, yang memerlukan persyaratan bahan bakar dengan angka oktan tinggi," katanya.

Penggunaan BBM berkualitas tinggi, lanjutnya, akan berdampak baik bagi performa kendaraan. Bahan bakar lebih efisien, power maksimal, dan mesin lebih bersih dalam jangka panjang.

Sementara jika dipaksa memakai Premium, maka power tidak maksimal, karena titik pembakaran sedikit berbeda dan kinerja sensor, misal knock sensor akan mengelitik.

Terkait rekomendasi industri otomotif tersebut, sebelumnya disampaikan Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi. Menurutnya, rekomendasi tersebut membuat konsumsi Premium di pasaran menurun.

Secara terpisah, Presiden Direktur PT HMI Mukiat Sutikno mengatakan, berkurangnya Premium di berbagai wilayah Tanah Air, memang disebabkan rekomendasi industri otomotif kepada pengguna kendaraan bermotor, pasalnya, mesin-mesin otomotif saat ini memang disesuaikan dengan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih berkualitas.

"Kami merekomendasikan penggunaan Pertamax atau setidaknya Pertalite. Saya rasa industri otomotif lain juga begitu, termasuk sepeda motor," kata Mukiat.

Menurut dia, karena anjuran itu, banyak pengguna kendaraan bermotor yang beralih dari Premium ke Pertalite atau Pertamax, sehingga dampaknya konsumsi Premium pun menurun tajam dibandingkan sebelumnya.

Dengan demikian, jika di lapangan tidak lagi banyak ditemukan Premium seperti di Sumatera Utara, Riau, dan Surabaya, itu sesuai dengan permintaan pasar, bukan karena pengurangan pasokan, seperti ditudingkan anggota DPR beberapa waktu lalu.

"Bukan. Ini juga karena kesadaran masyarakat bahwa penggunaan BBM dengan oktan yang tinggi akan berdampak baik baik mesin kendaraan dan lingkungan," lanjutnya.

Anjuran industri otomotif tersebut, menurut Mukiat, juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah, karena pada September 2018 nanti, Pemerintah akan menerapkan Euro-4, yang memang bisa diterapkan jika memakai BBM dengan RON tinggi.

Menurut Mukiat, penerapan Euro-4 tersebut sudah menjadi keharusan. Apalagi dibandingkan negara lain, Indonesia termasuk terlambat. Banyak negara lain sudah menerapkan Euro-5, dan bahkan Singapura sudah memasuki Euro-6.

"Itu ujung-ujungnya kebaikan buat kita semua kok. Karena pada saat jumlah kendaraan semakin banyak, tentu kalau BBM tidak dijaga, akan berdampak buruk pada lingkungan," katanya.

Pewarta: Subagyo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018