Jakarta (ANTARA News) - Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (Gapensi) meminta kepada seluruh pelaku pelaksana konstruksi agar mempekerjakan tenaga bersertifikat untuk pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia.

“Kecelakaan yang terjadi saat pengerjaan proyek salah satunya dikarenakan tenaga kerja yang kurang mumpuni dan tidak memiliki skill,” kata Sekjen Gapensi, Andi Rukman Karumpa, di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, sertifikat dibutuhkan untuk berbagai macam pekerja bangunan, mulai dari tukang, mandor, hingga insinyur untuk dapat diterima mengerjakan proyek infrastruktur.

Sertifikat tersebut sebagai bukti bahwa seseorang memiliki keahlian dalam bidangnya untuk dapat bekerja di sebuah proyek infrastruktur.

“Kalau pembangunan di Asia itu semuanya pakai alat. Nah, kita juga mencoba menggunakan ini, pakai crane dan sebagainya. Makanya orang yang dipakai harus betul-betul lihai,” ungkap Andi.

Ia menambahkan, jangan karena kebutuhan tenaga kerja bidang bangunan yang semakin banyak karena maraknya pembangunan infrastruktur, maka pelaku pelaksana konstruksi mengabaikan keahlian pekerjanya.

“Kalau diabaikan ya akibatnya fatal, seperti yang beberapa kali terjadi itu,” ujar Andi.

Andi menambahkan, sertifikat untuk pekerja bangunan biasanya dikeluarkan oleh asosiasi dan asesor yang kompeten, salah satunya adalah Gabungan Ahli Teknik Nasional Indonesia (Gatensi).

Dalam mendapatkan sertifikat, asosiasi dan asesornya juga perlu kompeten, sehingga diberikan kepada orang yang memang memiliki keahlian.

Namun demikian, dia menyebut Indonesia belum membutuhkan bantuan tenaga asing dalam mengerjakan proyek infrastruktur, karena masih banyak WNI yang mampu mengerjakannya.

“Kurang lebih ada 7 juta tenaga kerja yang akan memiliki sertifikat untuk pekerjaan bangunan ini,” tukasnya.

Terkait robohnya bekesting pada tiang proyek tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu, Andi menyampaikan kemungkinan kecelakaan itu terjadi karena proyek infrastruktur yang dikebut, sehingga tenaga kerja mengabaikan keselamatannya.

“Dikebut itu menjadi salah satu penyebab kecelakaan. Kemudian itu karena skill juga, misalnya karena shift nya terlalu panjang jadi pekerja kepenatan itu juga mungkin,” ungkap Andi.

Untuk itu, dia meminta agar seluruh proyek infrastruktur diberhentikan sementara untuk dilakukan evaluasi dan peninjauan, sehingga peristiwa serupa tidak terjadi kembali.

“Ya paling tidak berhenti satu minggu untuk dilihat, mengevaluasi, mengecek, apalagi beberapa kali terjadi gempa, itu akan terjadi pergeseran tiang pancang dan sebagainya. Jadi perlu dicek kembali. Hal yang paling penting adalah keselamatan kerja,” katanya.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018