Tokyo (ANTARA News) - Raksasa otomotif Jepang, Toyota, pada Selasa merevisi proyeksi pendapatan dan laba bersih tahunan yang seimbang akibat melemahnya nilai tukar mata uang yen dan pemotongan pajak di Amerika Serikat.

Produsen mobil papan atas Jepang itu memperkirakan akan membukukan laba bersih sebesar 2,4 triliun yen (22 miliar dolar AS) pada tahun fiskal sampai Maret 2018, naik dari perkiraan November sebesar 1,95 triliun yen.

Penjualan tahunan diperkirakan mencapai 29 triliun yen, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 28,5 triliun, kata pabrikan pembuat Prius itu.

Pada Mei, perusahaan mengumumkan penurunan pertama dalam laba tahunan selama lima tahun menyusul adanya biaya yang dibebankan kepada konsumen di pasar AS.

Toyota mengatakan laba bersih naik 40,5 persen menjadi 2,0 triliun yen untuk sembilan bulan hingga Desember, dengan penjualan 21,8 triliun yen, yang naik 8,1 persen.

Pejabat Toyota mengatakan keuntungan tersebut merupakan hasil beberapa faktor, termasuk melemahnya yen, pemotongan pajak AS dan langkah-langkah perusahaan untuk memotong biaya.

"Di AS, pemotongan pajak perusahaan pada 2017 mengakibatkan penurunan pajak penghasilan 291 miliar yen," yang mendorong laba bersih, menurut Managing Director Senior Masayoshi Shirayanagi kepada wartawan dilansir AFP, Selasa.

Wakil Presiden Eksekutif Koji Kobayashi mengatakan Toyota "melihat keuntungan dari pengurangan biaya yang lebih cepat dari perkiraan saya."

Pada pengamat juga menunjukkan efek pelemahan yen di industri otomotif Jepang.

"Sejauh ini, nilai tukar menjadi faktor positif bagi industri otomotif Jepang, namun sulit memprediksi apakah dampaknya akan berlanjut karena yen baru-baru ini menguat," kata Satoru Takada, analis TIW yang berbasis di Tokyo.

"Nulai tukar akan tetap menjadi faktor penentu pada industri ini," kata Takada kepada AFP sebelum pengumuman itu.
Penerjemah:
Copyright © ANTARA 2018