Jakarta (ANTARA News) - Amerika Serikat guncang setelah DPR setempat merilis apa yang kemudian disebut Memo Nunes Jumat pekan lalu yang telah memicu perang terbuka antara Presiden Donald Trump dengan kabinetnya sendiri, yakni Departemen Kehakiman, khususnya Biro Penyelidik Federal (FBI) yang berada di bawah Departemen Kehakiman dan menjadi lembaga yang mengawasi serta mengotorisasi penyelidikan dugaan intervensi Rusia dalam Pemilihan Presiden 2016 pimpinan Pengacara Khusus Robert Mueller.

Memo itu ditulis para anggota DPR dari Republik pimpinan Ketua Komisi Intelijen DPR Devin Nunes. Nunes adalah  pembela fanatik Donald Trump yang pernah menjadi anggota tim transisi Trump.

Komisi intelijen tengah menyelidiki intervensi Rusia pada Pemilu 2016, tetapi penyelidikan ini berubah menjadi partarungan partisan mengenai FBI dan Departemen Kehakiman, dan bagaimana keduanya menyelidiki kasus itu.

Penyelidikan itu kemudian dipimpin oleh Robert Mueller.

Jumat pekan lalu, Nunes mempublikasikan memo itu beberapa menit setelah Donald Trump menyatakan memo itu sudah tak lagi menjadi rahasia negara.

Baca juga: FBI vs Trump - Jika pecat orang Trump picu krisis konstitusi

Memo empat halaman itu menyangkut penyadapan terhadap Carter Page yang pernah menjadi penasihat kampanye Trump dan tokoh yang sejak 2013 sudah masuk radar pengawasan FBI. Memo ini menuduh FBI telah menghilangkan informasi sangat penting saat meminta surat perintah penyidikan dari pengadilan.

Menurut para penyusunnya, temuan dalam memo itu "menimbulkan kekhawatiran terhadap legitimasi dan legalitas interaksi tertentu (Departemen Kehakiman) dan FBI dengan pengadilan yang menyetujui permintaan pengawasan (penyadapan)."   Mereka juga mengklaim kedua lembaga telah menyalahi hukum yang sebenarnya untuk melindungi Amerika dari kesewenang-wenangan."

Memo itu mengkritik para penyidik yang meminta pengadilan mengizinkan penyadapan karena mereka  hanya memakai data buatan mantan agen spionase Inggris, Christopher Steele, tanpa mengungkapkan siapa sumber sebenarnya kepada hakim pengadilan.

Steele dipekerjakan oleh perusahaan riset yang kemudian disewa Demokrat semasa kampanye Pemilihan Presiden.

Baca juga: FBI vs Trump - Demokrat kirim memo tandingan

Memo itu mengkritik penghilangan-penghilangan informasi penting itu dan menyebut Steele sendiri mati-matian membuat Donald Trump tidak terpilih sebagai presiden AS dan sangat bernafsu menggagalkan Trump. Memo itu juga mengklaim FBI telah menghentikan Steele sebagai sumber karena dia berbicara kepada pers.

Memo itu menyimpulkan ada pandangan yang sangat bias terhadap Trump dari seorang agen FBI dan seorang pengacara FBI, atas alasan kedua orang ini membagikan teks yang sangat penting mengenai Trump. (Si agen telah disingkirkan dari penyelidikan dan si pengacara telah meninggalkan FBI)

Memo itu sendiri menggarisbawahi bahwa penyelidikan Rusia itu telah dimulai sebelum permintaan penyadapan kepada Page. Memo juga menyinggung tanpa merinci mengenai bagaimana pembantu Trump lainnya, George Papadopoulos, menyampaikan kecurigaan kepada seorang pejabat Australia yang membisiki rekan-rekan Amerika-nya.

Memo itu menyatakan bahwa Papadopoulos, bukan Page, "yang memicu pembukaan penyelidikan kontraintelijen FBI pada akhir Juli 2016". Memo itu menambahkan bahwa "tidak ada bukti adanya kerja sama atau konspirasi antara Page".

Baca juga: FBI vs Trump - Republik tak sependapat dengan Trump

Wakil jaksa agung, Rod Rosenstein, juga mendapatkan sorotan negatif karena setuju melanjutkan pengawasan terhadap Page.   Rosenstein adalah pejabat departemen kehakiman yang memiliki otoritas untuk memecat Mueller jika dia mendapati bukti penyalahgunaan wewenang. Dan Rosenstein sudah menyatakan tidak melihat bukti ke arah sana.

FBI sendiri memasalahkan perilisan memo tersebut dengan berkata, "Kami sangat  memperihatinkan penghilangan materi mengenai fakta yang secara fundamental mempengaruhi akurasi memo itu."

Memo itu dikhawatirkan akan dimanfaatkan Trump untuk merusak atau mendeskreditkan penyelidikan Mueller yang kini sudah masuk dugaan penghalang-halangan proses hukum (obstruction of justice) oleh Gedung Putih.

Trump yang tidak menyukai Rosenstein dapat memecat dan menggantikan wakil jaksa agung dengan orang yang bisa merusak penyelidikan itu.

Ketika ditanya apakah masih mempercayai Rosenstein, Trump menjawab, "Kalian tahu itu."

Baca juga: FBI vs Trump - Setelah memo Nunes Trump merasa di atas angin


Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018