Tulungagung (ANTARA News) - BS (13), siswa SMPN 1 Boyolangu, Jawa Timur, yang mengalami penganiayaan berat ala gladiator di sekolahnya, masih menderita trauma berat dan enggan kembali ke sekolah meski sudah diizinkan pulang dari RSUD dr Iskak, Tulungagung.

"Anaknya masih sering mengalami kecemasan. Apalagi proses hukumnya sampai saat ini masih berjalan," kata Yohanes, paman BS ketika dikonfirmasi Antara di Tulungagung, Rabu.

Kasus kekerasan di lingkungan sekolah itu sendiri sampai saat ini masih ditangani kepolisian, melalui Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Tulungagung.

Pihak keluarga BS bersikukuh minta kasus penganiayaan dengan cara dikeroyok dan disaksikan puluhan siswa lain tersebut diproses sesuai hukum yang berlaku.

Kendati antara pelaku dan korban masih di bawah umur dan penanganan perkaranya diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak yang mengamanatkan dilakukannya diversi (yakni pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana), keluarga korban menginginkan prosedur penanganan tetap dilalui.

"Bukan soal tidak mau damai apalagi balas dendam, tapi ini penting supaya ada efek jera dan pembelajaran pada semua, terutama para pelaku," ujarnya.

Kabid Humas RSUD dr Iskak Mochammad Rifai mengatakan kondisi BS sepenuhnya sudah membaik.

Secara klinis, kata dia, BS dinyatakan sehat dan sudah diperbolehkan pulang karena tidak ada gangguan di jaringan neurologi atau saraf meski dahi siswa kelas VII ini mengalami robek dan tulang tengkoraknya mengalami memar parah.

"Klinis fisik sehat, tapi untuk psikologis mungkin memang masih membutuhkan waktu untuk pemulihan," katanya.

Sebelumnya, kasus penganiaan atas diri BS (13), siswa kelas VII SMPN 1 Boyolangu itu sempat menjadi perhatian Bupati Tulungagung Syahri Mulyo.

Secara khusus Syahri didampingi sejumlah stafnya membezuk BS di ruang Hihg Intensive Care Unit (HICU) RSUD dr Iskak, Selasa (19/12).

Syahri memastikan, kejadian ini akan menjadi perhatian Dinas Pendidikan. Selain itu akan ada konseling untuk para siswa yang terlibat kejadian itu.

Syahri berharap kejadian serupa tidak akan terjadi di dunia pendidikan Tulungagung.

Dalam kesempatan itu, Syahri membebaskan semua biaya perawatan BS selama di RSUD dr Iskak. "Nanti (biayanya) biar saya yang tanggung," ucapnya.

Sementara, UPPA Polres Tulungagung sejauh ini baru memeriksa dua terduga, Ctr (14) dan Vt (14), serta wali pengasuh BS.

BS mengaku sering mengalami perundungan (bully) tiga temannya, Ctr, Ek dan Vt. Lantaran tidak tahan, BS akhirnya menantang Ctr berkelahi.

Perkelahian itu berlangsung singkat dan keduanya dipisah.

Namun Ctr membawa dua temannya, Ek dan Vt dan mengeroyok BS. Akibat pengeroyokan itu tulang dahi BS retak hingga pangkal hidung.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017