Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian mengirim tim inspeksi ke China untuk melakukan pemeriksaan terhadap benih padi hibrida sebelum dikirim ke Indonesia. Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, Kamis mengatakan, hasil pengujian dari Balai Besar Karantina Tumbuhan terhadap benih padi hibrida dari China yang sudah masuk ke Indonesia ternyata ditemukan virus berbahaya. "Saat ini pemerintah telah mengirim petugas karantina ke China guna memeriksa semua benih padi hibirda yang akan diimpor ke Indonesia," katanya di sela peringatan Hari Krida Pertanian Ke 35 tahun 2007. Menurut dia, Tim inspeksi sudah dua minggu berada di China untuk melakukan "preshipment inspection" atau pemeriksaan sebelum pengapalan benih padi yang akan dikirim ke Indonesia dan untuk saat ini hasilnya negatif. Mentan mengakui, sebelumnya pemerintah sudah mengingatkan agar pihak swasta berhati-hati dalam mengimpor benih padi dari China, namun saat itu pihak swasta tidak menyetujui usulan tersebut. Namun, tambahnya, kemudian dari hasil pemeriksaan terhadap benih padi asal China di laboratorium karantina ditemukan virus yang sangat berbahaya terhadap padi di dalam negeri. Sebelumnya pada Rabu (20/6) Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian (Deptan) memusnakan benih padi hibrida varietas Mapan P-5 sebanyak 500 kilogram (kg) asal China karena ditemukan virus yang dikhawatirkan dapat menyebar pada tanaman padi lokal. Dari pengujian yang dilakukan Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian, diperoleh hasil laboratorium yang menyatakan bahwa benih padi hibrida varietas Mapan P-5 positif mengadung hama penyakit Rice Stripe Virus (RCV). "Rupanya karena kebutuhan mendesak mereka langsung mengimpor dan ternyata setelah diperiksa mengandung virus berbahaya," katanya. Untuk mengantisipasi terulangnya hal itu, lanjut Mentan, pemerintah kemudian menawarkan "Preshipment inspection" dan usulan tersebut diterima pihak swasta. "Jadi sebelum dikirim kita periksa di temapat sehingga tidak banyak menimbulkan kerugian jika terjadi masalah," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007