Jakarta (ANTARA Newsa) - Huawei, perusahaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berskala global siap mempercepat transformasi perbankan di Indonesia dengan sejumlah solusi infrastruktur meliputi komputasi awan (cloud computing), "big data", data server, dan jaringan.

"Seiring dengan tren pembayaran dalam transaksi digital, institusi perbankan dan keuangan dituntut mengubah cara dari konvensional menjadi digital. Teknologi tidak bisa dicegah, namun harus dibiarkan berkembang sesuai?keinginan dari pengguna," kata Director ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia Mohamad Rosidi, di Jakarta, Senin.

Menurut Rosidi, teknologi akan berjalan sesuai kebutuhan dan tidak bisa dicegah. "Yang harus diubah adalah bisnisnya. Bisnis harus berubah sesuai perkambangan teknologi sebab teknologi akan jalan terus," ujarnya.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia, dengan populasi sekitar 260 juta, Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan?e-commerce?terbesar di Asia Tenggara. Hal itu didukung juga oleh tren pembayaran non tunai dengan nilai transaksi lebih dari 18,611 juta dolar AS pada 2017 dan diprediksi akan mencapai 36.607 juta dolar AS pada 2021.

Sering dengan itu, terdapat 280 juta koneksi telepon genggam yang dimiliki lebih dari 80 persen jumlah populasi di Indonesia. Sayangnya, hanya 143 juta penduduk yang memiliki kartu debit, dan 117 juta penduduk lainnya yang belum memiliki rekening bank. Di antara 117 juta penduduk ini, terdapat 100 juta penduduk yang memiliki telepon genggam.

Ini menunjukkan meski banyak penduduk Indonesia yang telah memiliki telepon genggam, namun tidak memiliki rekening bank. "Melihat potensi ini, Huawei siap mendukung dari sisi infrastruktur, mendukung sektor perbankan untuk melakukan transformasi digital, sehingga perbankan bisa menyesuaikan dengan?permintaan yang ada," ujar Rosidi.

Ia berpendapat, tiga hal untuk membangun sektor?keuangan digital?di Indonesia, yaitu ekosistem, infrastruktur, dan regulasi.

Melalui Gerakan Non Tunai, diharapkan dapat mendorong masyarakat memperoleh benefit, berupa transaksi yang aman, mengurangi resiko penggunaan secara tunai, biaya penggunaan yang lebih rendah, efisien, serta dapat mengurangi praktik penipuan dan pencucian uang.

Sementara itu, dari sisi ekosistem dan infrastruktur dibutuhkan usaha untuk segera melakukan transformasi secara digital sehingga dibutuhkan konektifitas yang stabil,?bandwith?jaringan yang besar, serta dibutuhkan teknologi big data untuk menghasilkan analisis yang akurat.

"Perbankan membutuhkan platform infrastruktur IT terbaru untuk membuat segalanya terkoneksi, mengubah sistem kerja menjadi lebih mobile dan sesuai dengan demand dari pengguna," jelas Rosidi.

Di sisi lain, perbankan juga membutuhkan platform infrastruktur yang siap untuk memenuhi kebutuhan finansial nasabah yaitu inovatif, asset light, dan handal (reliable).

Aspek inovatif menawarkan layanan keuangan inklusif untuk meningkatkan pengalaman pengguna, membedakan layanan keuangan, memiliki saluran yang beragam, dan di saat yang sama bisa memberikan transaksi yang real time.

"Kami berkomitmen untuk terus berinovasi melalui teknologi yang kami miliki, sehingga mampu mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia, terutama sektor perbankan untuk berkembang dan maju secara bisnis," tegas Rosidi.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017