Surabaya (ANTARA News) - Tradisi juara ditorehkan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS Surabaya setelah tim robot "G-Rush" mereka menjadi juara pertama dalam final Kontes Robot Indonesia (KRI) 2007 di Graha 10 Nopember ITS Surabaya, Minggu. Sejak KRI digelar pada 1993, tim robot dari PENS ITS Surabaya selalu menjadi juara, bahkan robot B-Cak PENS ITS pernah menjadi juara dunia dalam kontes robot di Jepang pada 2001. "PENS ITS juara, karena robotnya memakai sensor warna, sehingga mampu membedakan antara warna miliknya dan warna milik musuhnya," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Prof Ir Satryo Sumantri Brodjonegoro. Pendapat Satryo menjelang penutupan KRI dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) 2007 di Graha 10 Nopember ITS Surabaya itu "dibuka" juga oleh "driver" robot manual dari robot G-Rush, yakni Firdaus Nurdiansyah. "Rahasia kemenangan G-Rush memang mengacu pada robot yang akan berlaga di kontes robot internasional yakni menggunakan sensor warna, karena itu kami akan memperbaiki sensor agar lebih optimal dalam kontes tingkat dunia di Vietnam pada Agustus mendatang," ujar Firdaus. Tim robot G-Rush berhasil menjadi juara dalam "All PENS ITS Final" setelah mengalahkan tim robot Q-Numb-On, dengan skor 8:2. Nilai itu diperoleh G-Rush dengan memasukkan sebuah "mutiara" di pusat lapangan permainan serta membalikkan perolehan "mutiara" dari Q-Numb-On pada bagian terluar dari lapangan permainan. Begitu mengetahui robotnya menjadi juara, tim robot G-Rush langsung sujud syukur di lapangan permainan, Firdaus berlari ke pusat lapangan permainan dan menggelar sajadah untuk sujud syukur dengan disaksikan Satryo Sumantri Brodjonegoro dan Menkominfo Mohammad Nuh. "Meski menjadi juara, kami sebenarnya belum puas, karena empat robot otomatis kami hanya satu yang sukses, satu yang gagal, dan satu yang mengalami `error`. Untuk itu, kami akan melakukan serangkaian perbaikan untuk ke Vietnam," kata Firdaus. Ia mengakui kwalitas dari robotnya sebenarnya sama dengan robot Q-Numb-On, kecuali robot otomatis ada yang sukses, sedangkan robot otomatis milik Q-Numb-On terlihat gagal semuanya. "Kalau robot manual, saya kira cuma beda tipis, sedangkan robot otomatis sama-sama menggunakan peluncur untuk menghalangi lawan di pusat atau tengah," tegasnya. Oleh karena itu, ia merasa kemenangannya merupakan karunia Allah SWT. "Kalau ada yang `error` atau ada yang sukses, saya kira semuanya karena kehendak Allah SWT, sedangkan kami hanya dapat memperbaiki yang error, tapi realitas di lapangan bisa sangat lain," ungkapnya. Dalam tim G-Rush, Firdaus dibantu rekan-rekannya yakni Angga, Marsudi Handoyo, Aditya Airlangga, Andik, Bucek, dan Mega, sedangkan tim Q-Numb-On terdiri atas Budi Riswantono (ketua tim), M Syaiful Azis, Bagus Hendra Prasetyo, dan Doni Marsiyanto (driver manual). "G-Rush itu `great rush` atau sibuk besar, karena dengan mengikuti KRI, kami menjadi sibuk membuat robot, apalagi kami juga kuliah dan kegiatan lainnya, sehingga kami betul-betul sibuk, bahkan kami mungkin tidur hanya empat jam sehari," tambah Aditya Airlangga. Selain menjadi juara pertama dan berhak atas piala Sambawana Praminacara, G-Rush juga meraih dua penghargaan yakni tim robot dengan poin terbanyak dan tim dengan IT terbaik. Tim IT Terbaik mendapat piala dari Menkominfo, karena dinilai memiliki kemampuan terbanyak dalam penerapan strategi atau algoritma pemrograman. KRCI PENS ITS Surabaya juga unggul dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) 2007 dengan menjadi juara pertama dalam dua dari empat divisi yang dipertandingkan. Untuk dua divisi lainnya dimenangkan Robot Ababil dari Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang untuk divisi beroda, dan Robot Tarantula-116 dari Universitas Komputer Indonesia Bandung untuk divisi berkaki. Selain juara, robot dengan ide terbaik diraih Robot Q-lan_TEUS dari Universitas Surabaya (Ubaya) dan untuk kategori inovasi terbaik tidak ada satu pun tim yang memperolehnya. Satu penghargaan yang diberikan oleh Menkominfo Mohammad Nuh dalam bidang "The Best IT Based Robotic Team" diraih Robot Dzi-Gear dari PENS ITS. Hasil itu membuktikan Robot Dzi-Gear meraih dua penghargaan yang penilaiannya lebih menitikberatkan pada kemampuan tim dalam mengadopsi ragam teknologi informasi yang digunakan. Namun, hingga kini belum ada jaminan bahwa tim yang menjuarai KRCI 2007 di Surabaya pada 9-10 Juni akan dikirim ke Kontes Robot Cerdas Internasional di Amerika Serikat (AS). "Insya-Allah, ada tim KRCI yang akan dikirim ke AS untuk mengikuti kontes serupa di tingkat dunia, tapi tampaknya masih ada beberapa persyaratan untuk menentukan siapa juara KRCI yang akan dikirim ke AS tersebut," ujar Humas KRI-KRCI Sukemi. Senada dengan itu, Ketua Dewan Juri KRI-KRCI Dr Endra Pitowarno menyatakan selama ini memang hanya tim juara KRI yang dikirim ke kontes robot internasional yang untuk tahun 2007 akan digelar di Hanoi, Vietnam. "Tapi, pemenang atau juara KRCI untuk tahun ini juga direncanakan untuk dikirim ke ajang serupa di AS sesuai dengan harapan Dirjen Dikti Depdiknas RI," paparnya. Oleh karena itu, katanya, panitia berusaha semaksimal mungkin mengadopsi 100 persen peraturan KRCI dalam "Trinity College Fire Fighting (Home) Robot Contest" dari AS, sebagaimana peraturan KRCI yang mengadopsi Jepang. Selama ini, katanya, Depdiknas memang belum dapat mengirim pemenang ke AS bukan karena alasan dana semata, melainkan lebih pada keberhasilan juara-juara yang memenangkan kontes belum maksimal, karena memang belum sepenuhnya mengadopsi peraturan kontes serupa di AS. "Tahun ini, panitia telah berusaha semaksimal mungkin untuk 100 persen mengadopsi peraturan di AS, sehingga pemenang pertama dapat dinyatakan benar-benar layak untuk dikirim ke AS. Yang jelas, Indonesia tidak hanya ingin sekadar ikut, tapi keikutsertaan yang mempertunjukkan kemampuan ilmu robotika mahasiswa Indonesia," katanya.(*)

Pewarta: Oleh Edy M Ya`kub
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007