Jakarta (ANTARA News) - Data pribadi dari hampir 700.000 konsumen di Inggris kemungkinan telah diretas dalam pembobolan masif di Equifax, menurut badan pelaporan kredit Amerika Serikat (AS).

“Meski bisnis kami di Inggris tidak dibobol, serangan tersebut tampaknya membongkar informasi pribadi dari berbagai konsumen Inggris,” kata mereka melalui surat elektronik, dikutip dari AFP, Selasa (10/10).

Perusahaan pengawas kredit ini, yang bulan lalu mengumumkan salah satu pembobolan data yang memengaruhi sekitar 145 juta warga AS itu mengatakan bahwa penyerang juga mengakses data berisi 15,2 juta catatan tentang 693.665 warga Inggris.

“Equifax menganggapi dengan sangat serius pembobolan data konsumen secara ilegal tersebut dan mulai memberi tahu konsmen tentang pembobolan serta menawari mereka saran yang tepat,” demikian bunyi pernyataan mereka.

Perusahaan mengatakan pihaknya menantikan analisis forensik serangan siber tersebut sebelum menentukan langkahnya bagi warga Inggris.

“Sekali lagi saya ingin meminta maaf kepada siapa pun yang terkena dampak aksi kejahatan ini,” kata Presiden Equifax Ltd untuk Eropa, Patricio Remon.

Pekan lalu, mantan pimpinan Equifax Richard Smith menyalahkan kombinasi kesalahan manusia dan teknis atas peretasan itu. Jumlah yang terdampak tidak besar, namun, memuat informasi sensitif mengenai keuangan konsumen.

Perusahaan tersebut memperkirakan, berdasarkan penyelidikan internal, kejadian itu berlangsung dari pertengahan Mei hingga Juli 2017.

Equifax mengumpulkan informasi mengenai orang dan bisnis di dunia, serta memberikan skala penilaian kredit untuk keputusan pemberian pinjaman dan urusan finansial lainnya.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017