Jakarta (ANTARA News) - Malam terakhir pementasan teater "Abang Thamrin dari Betawi" di Taman Ismail Marzuki, Sabtu malam, mendapat sambutan meriah pengunjung. Tepuk tangan panjang mengiringi berakhirnya pementasan dua malam, 8-9 Juni 2007, untuk para pemain dari "Sanggar Pelakon" pimpinan Mutiara Sani itu. Meski tempat duduk tidak terisi semua, para penonton tampak larut dalam drama sepanjang 2,5 jam arahan sutradara Jose Rizal Manua, yang berkisah tentang perjuangan seorang pahlawan nasional asal Betawi, Muhammad Husni Thamrin itu. Tak tampak penonton yang beranjak pulang meninggalkan kursinya sebelum pertunjukan usai, bisa jadi hal lantaran akting menawan Teuku Zacky yang memerankan Abang Thamrin dan kekuatan jalinan ceritanya. "Sebenarnya tema yang diangkat tentang sejarah, kadang untuk anak muda agak membosankan. Tapi, dialog-dialognya sangat menarik dan unsur tari membuat pementasan ini menjadi tidak membosankan," kata seorang penonton, Dwinanta (24). Sementara itu, aktris Wulan Guritno yang ada di deretan kursi penonton mengaku sangat menyukai ide ceritanya. "Secara pribadi, saya suka dengan karya ini karena sangat menarik, tema-tema seperti ini sangat tepat di saat sekarang kita memerlukan sosok pemimpin teladan, seperti beliau," ujar pemeran Monita dalam film laris "Nagabonar Jadi 2" itu. "Abang Thamrin Dari Betawi" dipentaskan untuk publik pada 8-9 Juni 2007 dalam rangka ulang tahun DKI Jakarta ke-480 pada 22 Juni 2007, serta memperingati Hari Anti-Narkotika Internasional pada 26 Juni. "Abang Thamrin Dari Betawi" merupakan karya Asrul Sani, yang lahir pada 10 Juni 1927 dan meninggal dunia 11 Januari 2004. Asrul adalah suami Mutiara Sani. Karya itu pernah ditampilkan di Balai Sidang Senayan, Jakarta, pada 1987. Pertunjukan ini didukung 70 pemain, diantaranya Teuku Zacky, Gibran Sani, Mark Sungkar, dan Hari Patakaki. Persiapan pementasan tersebut sekitar 2,5 bulan dengan jadwal latihan yang sangat padat. Teuku Zacky mengaku sangat bangga sekaligus lega telah menuntaskan perannya sebagai tokoh Abang Thamrin. Pria berdarah Aceh kelahiran Bandung 23 Januari 1983 itu baru pertama kali menjejakkan kaki di dunia teater. Pementasan itu disebutnya sebuah proyek idealis. "Aku bangga memerankan tokoh ini, Abang Thamrin memiliki pemikiran yang sangat cerdas dan sifat-sifatnya sangat relevan diterapkan dalam kehidupan sekarang," ujarnya. Sementara itu, Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Fauzi Bowo, yang Sabtu malam itu hadir mengungkapkan bahwa sebagian besar anak muda lupa pada Husni Thamrin, padahal jasa-jasanya tak bisa dipandang sebelah mata. "Orang-orang Jakarta cenderung lupa dengan beliau, yang mereka tahu tentang Husni Thamrin adalah nama jalan yang sering mereka lewati," ujarnya prihatin. Pertunjukan "Abang Thamrin Dari Betawi" mengisahkan perjuangan pahlawan asal Betawi, Muhammad Husni Thamrin (16 Februari 1894 - 11 Januari 1941) dalam sidang-sidang Volksraad (Dewan Rakyat, DPR zaman Belanda) untuk kemaslahatan rakyat Indonesia. Mat Seni, panggilan Muhammad Husni Thamrin, menunjukkan kemampuannya sebagai seorang legislator tangguh dan melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda, sampai akhirnya dikenai tahanan rumah pada 6 Januari 1941 dan lima hari kemudian wafat. Ia antara lain berhasil mendesak pemerintahan kolonial Belanda membangun kanal untuk mengatasi banjir di Betawi, mengatasi perbudakan di kebun tembakau Deli, dan mengupayakan pencabutan Ordonansi Sekolah Liar yang dikeluarkan Belanda. Semangat dan pendiriannya untuk memerdekakan bangsa Indonesia akhirnya membuatnya memilih untuk tidak bertahan sebagai legislator, karena semakin merasa tidak bisa bekerjasama dengan Belanda. Pilihannya menjadi politisi adalah sesuai dengan keinginan ibunya untuk berbuat demi rakyat banyak, ketimbang keinginan ayahnya, agar Mat Seni menjadi priyayi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007