Kuala Lumpur (ANTARA News) - Manajer tim atletik Indonesia di ASEAN Para Games ke-9, Kuala Lumpur, Waluyo menyebut perubahan kelas atlet saat klasifikasi atau pemantauan ketunaan bisa menguntungkan tim karena meningkatkan peluang meraih medali emas.

Ditemui di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu, Waluyo menyebut atlet yang berubah kelasnya itu adalah Agustinus Tinabila.

Agustinus, atlet difabel debutan Indonesia di ASEAN Para Games, awalnya direncanakan turun di nomor lari 800 meter, 1.500 meter dan 5.000 meter kelas penglihatan rendah atau "low vision" T-13. Ternyata saat klasifikasi, dia diturunkan ke kelas T-12 yang merupakan kategori dengan kondisi penglihatan lebih buruk dari T-13. 

"Justru akan menguntungkan tim. Agustinus sebenarnya tidak ditargetkan emas karena dia atlet baru. Namun dengan hasil klasifikasi itu mudah-mudahan bisa emas," ujar Waluyo.

Selain Agustinus, ada atlet lain yang juga harus berubah kelas berdasarkan hasil klasifikasi yaitu Sapto Yogo Purnomo.

Sapto Yogo, pelari yang turun di nomor lari kelas cerebral palsy (CP), kelas yang pertama kali diikuti Indonesia di ajang ASEAN Para Games, sebelumnya direncanakan turun di kelas CP-38, tetapi diturunkan ke kelas CP-37 saat klasifikasi.

"Dengan pertimbangan strategi, kami tetap menurunkan Sapto Yogo di CP-38, meski sebenarnya peluang dia mendapatkan medali emas semakin besar jika di kelas CP-37. Kami sendiri sudah punya atlet andalan di CP-37. Akan tetapi, peluang Sapto masih tetap besar di CP-38," kata Waluyo.

Adapun cabang olahraga atletik di ASEAN Para Games ke-9 menyediakan 133 medali emas untuk diperebutkan. Dari jumlah itu, Indonesia menargetkan bisa meraup 36 medali emas.

Menurut pelatih tim atletik Slamet Widodo, Indonesia memiliki kesempatan besar meraup emas dari nomor-nomor lari kelas tuna daksa.

Slamet menyebut, Indonesia sudah mendominasi nomor lari tuna daksa putra sejak ASEAN Para Games tahun 2011 yang digelar di Indonesia.

Cabang olahraga atletik ASEAN Para Games ke-9 sendiri digelar pada 18-22 September 2017 di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur. 


Pewarta: Michael S
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017