Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan diperkirakan akan menguat, dengan adanya harapan masih terkendalinya angka inflasi. "Angka inflasi yang akan diumumkan pekan depan diperkirakan masih terkendali. Pada Mei ini hampir tidak ada kenaikan," kata Analis Riset PT Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah, di Jakarta. Menurut Alfian, dengan masih rendahnya angka inflasi diharapkan dapat melanjutkan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-rate) yang akan diputuskan dalam Rapat Dewan Guburneur (RDG) BI mendatang. "Hampir tidak adanya kenaikan pada bulan ini (Mei) diperkirakan akan menekan angka inflasi, dan angka ini akan menjadi harapan turunnya kembali BI-rate," katanya. Selain itu, dia juga mengungkapkan pemerintah yang akan mengeluarkan kebijakan yang menyangkut investasi dan infrastruktur diharapkan dapat menggerakkan sektor riil, dan selanjutnya akan berimbas pada positifnya bursa saham. Sementara faktor bursa regional juga diperkirakan mengalami pemulihan setelah kekhawatiran pelaku pasar saham terhadap anjloknya bursa China mulai mereda. Sedangkan bursa AS juga menunjukkan pergerakan positif setelah catatan yang dirilis dari pertemuan the Fed lalu, memperlihatkan bahwa dewan gubernur optimis terhadap ekonomi AS, dengan memproyeksikan ekspansi yang lebih cepat pada 2008 dan menyebutkan inflasi dianggap sebagai sebuah risiko besar ketimbang kemungkinan pelambatan pertumbuhan. Selama pekan ini, IHSG ditutup naik 23,89 poin atau 1,15 persen menjadi 2.084,324, sedangkan indeks LQ45 mengalami penguatan 3,651 poin atau 0,84 persen ke level 433,453. Kenaikan indeks tersebut lebih didorong oleh naiknya bursa Wall Street AS, walaupun di pertengahan pekan ada tekanan dari bursa China. Anjloknya bursa China setelah pemerintah Beijing menaikkan biaya transaksi saham sebesar tiga kali lipat yang langsung direspon bursa di Shanghai merosot 6,5 persen pada hari Rabu (30/5). Penurunan ini telah diikuti bursa regional termasuk di BEJ, namun di akhir pekan kembali terangkat setelah pengaruh ini hilang dan bursa AS kembali mencatatkan rekor terbarunya. (*)

Copyright © ANTARA 2007