Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Arbab Paproeka menilai insiden berdarah di Pasuruan yang menewaskan sejumlah warga merupakan kegagalan pemerintah menerapkan politik agraria. "Jelas peristiwa ini merupakan ekses dari kegagalan politik agraria yang diterapkan pemerintah sejak tahun 1960-an," katanya kepada pers di Jakarta, Kamis. Menurut politisi itu, jika sejak awal desain reformasi agraria itu adalah memberikan keadilan kepada rakyat, khususnya kaum tani yang diberikan hak tanah untuk mereka garap, maka banyak persoalan pertanahan saat ini tidak akan muncul. Lebih lanjut Arbab mengatakan bahwa UU Agraria yang ada memang sangat bagus dan telah memihak rakyat. Namun dalam kenyataannya masih jauh dari yang diharapkan. "UU agraria memberikan pemihakan yang jelas, tapi politik pemerintah lah yang tidak mau melaksanakannya," ujarnya. Terkait dengan peristiwa yang terjadi di Alastlogo, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, anggota komisi III DPR itu mengatakan bahwa sudah pasti rakyat akan kalah jika dihadapkan dengan TNI seperti itu. "Karenanya saya sedih kenapa TNI yang dibiayai rakyat justru menembaki rakyat seperti itu," ujarnya. Menurut Arbab, apabila TNI telah berkomitmen meningkatkan profesionalismenya dengan benar-benar kembali ke barak dan hanya berkonsentrasi pada pertahanan negara, maka kasus berdarah itu tidak akan muncul. Pimpinan TNI, ujarnya, perlu melakukan evaluasi terhadap personelnya dan jika ditemukan ada penyimpangan dalam kebijakan institusi, maka pembenahan total mutlak dilaksanakan. Sebelumnya terjadi insiden bentrok antara warga dengan pasukan patroli Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) yang berjumlah 8-9 orang tersebut, sekitar pukul 10.00 wib, Rabu (30/1). Insiden itu mengakibatkan empat orang meninggal yakni Kotijah (20), Mistin (25), Khutam (50), ketiganya tewas di tempat kerja. Sedangkan Khoirul (6) menyusul tewas di RSD Saiful Anwar, Malang. Selain itu tujuh korban terluka yaitu Misdi (30), Rohman (41), Rohman (22), Satiran (50), Nasum (34), Herwanto (25), dan Tosan (20).(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007