Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto mengatakan berdasarkan analisis awal, kejadian penembakan warga Desa Alastlogo, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, disebabkan peluru pantulan yang ditembakkan anggota marinir. "Masih sangat awal, tapi kemungkinan besar adalah akibat pantulan peluru yang dilepaskan prajurit, demi mempertahankan diri setelah warga dalam jumlah cukup besar melakukan penyerangan dengan senjata tajam," kata Panglima TNI Djoko Suyanto, didampingi Kepala Staf Angkatan Laut Slamet Subiyanto, di Istana Negara, Jakarta, Rabu malam. Insiden bentrok antara warga dengan pasukan patroli Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Grati tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, mengakibatkan empat orang meninggal, yakni Kotijah (20), Mistin (25), Khutam (50), ketiganya tewas di tempat kejadian, sedangkan Khoirul (6) menyusul tewas di RSD Saiful Anwar, Malang. Selain itu tujuh korban luka yaitu Misdi (30), Rohman (41), Rohman (22), Satiran (50), Nasum (34), Herwanto (25), dan Tosan (20). Menurut Panglima, peristiwa tersebut dilatar-belakangi warga yang berusaha mempertahankan lahan Puslatpur tersebut padahal status kepemilikannya berdasarkan pengadilan dimenangkan TNI AL. "Saya dan KSAL yakin bahwa pasti ada hal-hal yang sangat berlebihan sehingga menimbulkan konflik, dengan cara menghalang-halangi tugas patroli," ujarnya. Supaya warga yang mencoba melakukan provokasi itu paham, maka ditembakkan peluru ke tanah sebagai peringatan agar ada kepulan debu di sana. "Ini lah yang kemungkinan mengenai masyarakat". "Saya tidak yakin prajurit dengan sengaja menembak anak-anak ataupun ibu-ibu. Dan sekali lagi, hal itu sangat tidak kita inginkan," katanya. Ia menjelaskan, senjata bagi prajurit adalah instrumen perlengkapan yang memang harus dibawa. Sama halnya dengan wartawan selalu membawa kamera dalam melakukan peliputan. "Senjata merupakan perlengkapan standard yang harus dibawa apalagi prajurit marinir," ujarnya. Ditanya soal reputasi marinir yang sempat mendapat perhatian positif masyarakat terkait masa reformasi 1998, dan kini terjadi insiden penembakan seperti di Pasuruan itu, Panglima mengatakan selama ini sering terjadi masalah-masalah kecil, namun bisa diselesaikan dengan musyawarah. Untuk itu, ujar Panglima, seluruh lapisan masyarakat di Kota Pasuruan, tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga swadya masyarakat (LSM) dan tokoh politik untuk bersama-sama membantu mendinginkan suasana sehingga dalam mengusut anggota TNI dapat dilakukan sebaik-baiknya. "Saya dan Kastaf TNI AL memerintahkan jajaran TNI AL untuk menindaklanjuti kejadian itu dan mengusutnya sejelas-jelasnya. Apabila harus dilanjutkan dalam tingkat proses hukum maka itu akan dilaksanakan sungguh-sungguh oleh aparat hukum TNI," jarnya. Saat ini, aparat Polisi Militer (PM), aparat hukum TNI AL dan Kodam bekerjasama dengan Kepolisian untuk mengumpulkan berbagai keterangan yang nantinya dipakai untuk menindaklanjuti dalam proses hukum tersebut. "TNI akan mengusut sesuai dengan hukum yang berlaku dengan menggunakan pengadilan koneksitas," ujarnya. Terhadap keluarga korban baik yang meninggal maupun luka-luka, diutarakan Panglima, atas nama pimpinan TNI dan pimpinan TNI AL menyatakan sangat menyesalkan dan merasa prihatin atas kejadian tersebut. TNI AL juga akan menyanggupi memberikan santunan kepada keluarga korban termasuk biaya pengobatan dan biaya pemakaman bagi korban yang meninggal.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007