Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan bahwa salah satu faktor lambatnya pertumbuhan kredit yang disalurkan ke sektor riil karena adanya pembiayaan dari dana internal perusahaan. "Akses dan daya serap pembiayaan (perbankan) memang masih sulit, pengusaha banyak yang bergantung pada dana internal," kata Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom di Jakarta, Selasa, menanggapi tidak tumbuhnya kredit dalam pertumbuhan perekonomian yang cukup tinggi. Menurut Miranda, dari data yang dimiliki Bank Indonesia terlihat adanya ketergantungan pembiayaan internal oleh perusahaan-perusahaan besar. "Bahkan di sektor yang besar sekali seperti pertambangan dan industri-industri besar non migas lainnya data kami juga menunjukkan bahwa sumber pembiayaan investasi sebagian besar berasal dari dana internal. Kesimpulannya tidak terlalu heran kalau banyak kredit yang telah ada komitmen tidak dipakai karena mereka lebih merujuk pada dana investasi internal tersebut," kata Miranda. Miranda mengatakan bahwa hal tersebut merupakan efek bola salju dari adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga perusahaan-perusahaan tersebut mampu untuk menyisihkan dananya lebih banyak guna memenuhi kebutuhan investasi mereka. Ia menjelaskan bahwa perusahaan memilih pembiayaan melalui dana internal karena mereka merasa lebih aman dibandingkan dengan pembiayaan melalui kredit perbankan. Hal itu karena iklim invetasi yang dirasa memiliki resiko yang belum jelas. Data BI yang digunakan Miranda dalam seminar yang digelar Indonesia Investor Forum 2, Selasa, di Jakarta menyatakan bahwa pada tahun 2005 pembiayaan investasi untuk perusahaan minyak dan gas yang menggunakan dana internal mencapai 98 persen. Sedangkan dana internal untuk pembiayaan sektor industri non migas mencapai 62 persen, pembiayaan dari bank dalam negeri 18 persen, pembiayaan dari bank luar negeri lima persen, sisanya berasal dari berbagai komponen.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007