Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah anggota Panitia Anggaran DPR menilai asumsi makro 2008 yang diusulkan oleh pemerintah terlalu optimis. Penilaian tersebut antara lain disampaikan oleh Enggartiasto Lukito (FPG), Ramson Siagian (FPDIP), dan Rama Pratama (FPKS) dalam rapat kerja Panitia Anggaran DPR dengan pemerintah di Jakarta, Senin. Hadir dalam rapat kerja yang dipimpin Ketua Panitia Anggaran DPR, Emir Moeis, yaitu Menteri Keuangan, Sri Mulyani, Menneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Paskah Suzetta, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Hartadi A. Sarwono. Sebelumnya, pemerintah merencanakan defisit anggaran pada tahun 2008 sebesar 1,6 hingga 1,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dengan maksud memberikan stimulus yang cukup untuk mendorong aktivitas ekonomi dan mencapai pertumbuhan ekonomi 6,6 hingga 7,0 persen. Terkait dengan itu pemerintah menetapkan asumsi dasar penyusunan RAPBN 2008 yaitu pertumbuhan ekonomi 6,6 hingga 7,0 persen, inflasi 6,9 hingga 6,5 persen, suku bunga rata-rata Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan 7,5 hingga 8,0 persen. Asumsi lainnya rata-rata nilai tukar rupiah Rp9.100 hingga 9.400 per dolar AS, harga minyak sekitar 57 hingga 60 dolar AS per barel, dan produksi minyak sebesar 1.034 hingga 1.040 juta barel per hari. Dalam kesempatan itu Enggartiasto menilai berbagai asumsi itu menunjukkan pemerintah sangat ambisius dan lebih tinggi dari yang diproyeksikan oleh BI. "Apakah tidak ada koordinasi pemerintah dengan BI sehingga ada perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi di mana pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 6,6 hingga 7,0 persen sementara BI hanya 6,2 hingga 6,8 persen," kata Enggartiasto. Sementara Ramson Siagian mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tidak harus menaikkan defisit secara signifikan. Menurut dia, pemerintah perlu menyusun perencanaan yang lebih realisitis, tidak hanya mengejar pencitraan saja bahwa pemerintah telah berhasil melaksanakan tugasnya. Ia menyebutkan, pada 2006 pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,2 persen dengan defisit 0,7 persen, dan defisit APBN 2006 kemudian diubah menjadi sekitar 1,1 persen. "Namun ternyata realisasinya pertumbuhan ekonomi 2006 hanya mencapai sekitar 5,5 persen," katanya. Sementara Rama Pratama mengatakan, pemerintah harus siap untuk merevisi angka-angka dalam asumsi makro 2008 yang diajukan jika tidak didasari pada data-data pendukung yang akurat dan kredibel. "Target pertumbuhan ekonomi 2008 juga harus memperhatikan kualitasnya yaitu menyangkut penyerapan tenaga kerja. Memang akan banyak proyek infrastruktur tetapi apakah itu akan padat karya," katanya. Rama juga menyoroti sumber pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari kredit perbankan yang pada tahun 2008 memerlukan pertumbuhan hingga 33 persen jika menyesuaikan dengan target pemerintah. "Pertumbuhan kredit 33 persen jelas sangat tinggi karena selama ini hanya sekitar 16 persen atau paling tinggi 24 persen. Ini jelas perlu revisi," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007