Kuala Lumpur (ANTARA News) - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengajak negara-negara berpenduduk muslim di dunia untuk lebih erat lagi menjalin kerjasama guna menghadapi tantangan ekonomi gobal serta berbagai persoalan di negara berkembang. Ketika berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia Islam ke-3 atau The 3rd World Islamic Economic Forum (WIEF) di Gedung Putra World Trade Center (PWRC) Kuala Lumpur, Malaysia, Senin, Yudhoyono meyakinkan bahwa negara-negara Islam bukanlah negara yang lemah. "Langkah pertama yang harus dilakukan adalah kita harus pecaya bahwa kita tidak lemah. Kita terlihat lemah karena kita tidak berbuat. Kita tidak terlihat lemah karena kita mengatakan bahwa kita lemah dan kita percaya itu," katanya. Hadir dalam acara tersebut antara lain PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, PM Kuwait Sheikh Nasser Al Mohammad Al Ahmad Al Sabah, Asisten Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI) bidang ekonomi Tori Limangana, serta Ketua WIEF Tun Musa Hitam. Di hadapan sekitar 750 peserta dari sekitar 36 negara, Presiden Yudhoyono merupakan anggota kehormatan WIEF itu menyinggung sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi tantangan ekonomi global, persoalan sistem keuangan dunia, kemiskinan, kekurangan makanan dan energi, serta maslah pemanasan global. Menurut dia, ummat Islam di dunia memiliki kekuatan besar yang dapat menjadi bagian penting dari solusi berbagai persoalan dunia, dan bukan sebagai bagian dari masalah itu. Ia mengatakan, berdasarkan data tahun 2005, total populasi penduduk di negara-negara Islam yang menjadi anggota Bank Pembangunan Islam (IDB) berjumlah 2,2 miliar atau 31 persen dari jumlah manusia. Yang lebih penting, katanya, negara-negara muslim mensuplai 70 persen dari kebutuhan energi dunia dan 40 persen dari ekspor bahan baku dunia. "Kita harus proaktif dan tahu apa yang ingin kita lakukan, dengan memperhatikan berbagai keunggulan yang kita miliki. Kita tidak bisa selamanya menjadi pensuplai bahan baku. Kita harus mencari investasi yang dapat menambah nilai komoditi kita dan memperluas keunggulan ekonomi kita," kata Yudhoyono. Ia juga menyinggung perlu dicari jalan guna memperluas skala dan jangkauan perbankan syariah. Yudhoyono mencontohkan sejumlah produk keuangan syariah yang diterima baik oleh masyoritas umat Islam di Indonesia dan mampu menghasilkan transaksi keuangan penting dalam jumlah besar. Sektor lain yang perlu mendapat perhatian, katanya, adalah sektor pariwisata yang mampu menghasilkan devisa bagi negara. Yudhoyono memuji Malaysia dan Turki sebagai pemenang besar yang berhasil melakukan promosi pariwisata dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, kata Presiden Yudhoyono, negara-negara Islam khususnya anggota WIEF dan OKI, perlu mendorong dan membuka peluang menciptakan jaringan kerjasama yang baik di antara mereka. Namun pada saat yang sama, lanjutnya, perlu dilakukan revitalisasi terhadap lembaga ekonomi Islam yang ada. Sementara itu, PM malaysia Abdullah Ahmad Badawi mengatakan, Islam sebagai agama perdamaian mengajarkan konsep "berjamaah" dan berdasarkan sejarah peradaban Islam, banyak inovasi yang telah dilakukan di berbagai sektor kehidupan, sebagaimana dicontohkan di masa Rasulullah dan para tokoh Islam terdahulu. Ia mengatakan, sudah saatnya umat Islam di seluruh dunia bangkit mengejar ketertinggalamnya dari negara-negara maju. Menurut dia, negara-negara Islam harus bekerjasama dalam membantu mengatasi masalah kemiskinan di dunia khususnya di negara berpenduduk muslim. Data OKI menyebutkan, saat ini masih ada sekitar 24 persen dari populasi umat Islam di dunia yang berpenghasilan kurang dari satu dolar AS per hari, dan sekitar 45 persen masih hidup di bawah garis kemiskinan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007