Detroit (ANTARA News) - Produsen mobil asal China diperkirakan akan memproduksi sebanyak 49 dari 103 model mobil listrik terbaru yang akan diluncurkan secara global pada 2020, sebagai upaya guna mempercepat peralihan sumber daya kendaraan dari minyak ke baterai.

Perusahaan konsultan asal Amerika Serikat (AS) AlixPartners mengatakan China juga berencana memiliki dua pertiga dari total kapasitas produksi baterai lithium-ion pada tahun 2021, sekaligus berinvestasi guna mendorong penjualan kendaraan bermotor domestik di pasar mobil terbesar di dunia itu.

Produsen mobil China menguasai 96 persen kendaraan listrik yang dijual di negara tersebut, menurut AlixPartners dilansir dari Reuters, Rabu.

Produsen mobil tersebut menjual sekitar 350.000 kendaraan listrik di China pada 2016 namun jumlah itu hanya kurang dari dua persen dari total penjualan kendaraan.

Pada tahun 2025, biaya produksi baterai mobil listrik juga harus mendekati biaya mesin dengan pembakaran internal, menurut prediksi AlixPartners. Untuk itu, biaya baterai yang lebih rendah dapat membantu meningkatkan penerimaan konsumen terhadap mobil listrik.

John Hoffecker, wakil pimpinan global perusahaan tersebut mengatakan kepada wartawan di Detroit bahwa faktor lain yaitu pengurangan waktu yang signifikan dalam mengisi baterai mobil listrik sangat penting guna meyakinkan konsumen yang enggan beralih ke kendaraan listrik.

Di sisi lain, AlixPartners memperingatkan bahwa tidak semua dari sekitar 50 perusahaan yang berlomba mengembangkan mobil listrik dan swakemudi akan menyelesaikan proyeknya hingga tuntas.

"Tidak mungkin mempercayai akan ada 50 perusahaan kendaraan swakemudi yang sukses," kata Hoffecker.

Di Amerika Serikat, AlixPartners mengatakan produsen mobil bersaing dengan investasi pendanaan dari perusahaan teknologi terdepan seperti Apple Inc dan Alphabet Inc. Apalagi produsen mobil dan truk ringan sedang mengalami siklus penjualan yang menurun.

AlixPartners memprediksi penjualan mobil dan truk di AS akan turun menjadi 15,2 juta kendaraan pada 2019 atau anjlok 13 persen dari puncak penjualan pada 2016. Analis lainnya juga memprediksi penurunan penjualan kendaraan selama dua sampai tiga tahun ke depan, demikian Reuters.
Penerjemah:
Copyright © ANTARA 2017