Manado (ANTARA News) - Ikan purba jenis Coeleacanth yang ditemukan warga Manado di Perairan Sulawesi Utara (Sulut), Sabtu (19/5), mati pada Minggu dinihari sekira pukul 01:00 Wita. Kematian ikan itu diduga karena telah keluar dari habitatnya, dan mengalami lemas akibat lama berada di tangan sejumlah nelayan. "Sejak awal ditemukan ikan itu, kondisinya terus melemah akibat terdampar diperairan Sulawesi," kata J. Bahama, nelayan asal Kelurahan Bahu, Manado, penemu ikan itu. Ikan yang sebelumnya dikarantinakan di perairan Manado itu sempat menjadi tontonan menarik sejumlah warga, karena keunikan lain dari sejenis ikan-ikan yang ada diperairan Sulut. Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, sempat melakukan kunjungan ke lokasi penemuan ikan Coeleacanth tersebut guna menyaksikan bentuk ikan yang diduga tinggal delapan ekor di dunia. Ia mengharapkan ikan-ikan sejenis itu dilindungi, dan tidak ditangkap nelayan, tapi dikembalikkan kembali habitatnya. "Ikan Coeleacanth memang menjadi perburuan sejumlah ilmuwan, karena satu-satunya spesies langkah yang sudah ada sejak jutaan tahun," katanya. Sebelumnya, warga Manado digemparkan dengan temuan ikan purba jenis Coeleacanth, di Teluk Manado itu pada Sabtu, sekira pukul 08:00 Wita. Ikan yang memiliki ukuran panjang sekitar semeter dan diameter 30-45 cm itu, awalnya didapat melalui jaring diwilayah perairan Sulawesi, atau berdekatan dengan Taman Nasional Laut (TNL) Bunaken. Kemudian, ikan tersebut hendak dibunuh guna dijual ke sejumlah pedagang ikan Pasar Bahu Manado, namun dicegah sejumlah warga, karena memiliki kemiripan dengan ikan yang akan dijadikan slogam kegiatan World Ocean Conference (WOC) tahun 2009 di Kota Manado. Ikan tersebut memiliki warna putih dengan bintik-bintik hitam cukup besar, serta sayap atau sirip selebar telapak kaki manusia dan mulut cukup lebar. Spesies tersebutbiasanya berada dikedalaman 200 hingga 1.000 meter di dasar laut Sulut, dan menjadi habitat dilindungi masyarakat dunia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007