Surabaya (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Freddy Numberi, mengakui ekspor pasir laut untuk reklamasi negara Singapura sempat menghilangkan dua pulau milik Indonesia. "Pulau Nipah dan Sebait sempat hilang, karena pasir yang ada dikeruk untuk dijual ke Singapura. Jadi, ekspor pasir laut itu merugikan, karena itu saya hentikan," tegasnya di Surabaya, Rabu. Ia mengemukakan hal itu usai berbicara dalam seminar nasional "Wawasan Kebangsaan dan Konsepsi Ketahanan Nasional" yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Usai seminar yang juga menampilkan mantan Menteri Negara (Menneg) Percepatan Daerah Tertinggal (PDT) Saifullah Yusuf sebagai pembicara lain itu, Freddy Numberi menjelaskan pihaknya telah memunculkan kembali kedua pulau itu dengan dana yang tidak sedikit. "Jadi, Indonesia nggak mendapatkan apa-apa dari ekspor pasir laut itu, karena Indonesia juga dirugikan, ada pulau yang hilang, lingkungan rusak, dan Indonesia harus keluar uang banyak untuk memulihkan," tegasnya. Mantan Gubernur Irian Jaya itu menyatakan Indonesia saat ini sudah melakukan konservasi laut seluas 7,6 juta hektar. "Tahun 2010, saya targetkan akan mencapai 10 juta hektar, dan tahun 2010 sudah mencapai 20 juta hektar lautan di Indonesia yang sudah dikonservasi," ungkapnya. Permasalahan pembangunan pulau terluar itu, katanya, cukup pelik, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan 17.504 pulau yang bergaris pantai 95.181 kilometer dan luas perairan 5,8 juta kilometerpersegi. "Karena itu, tugas untuk membangun ketahanan nasional tidak ringan, tapi di sisi lain kita memiliki 92 pulau kecil terluar yang memiliki Titik Dasar (TD) dan berbatasan dengan negara lain," tegasnya. Ia mencontohkan ada pulau yang bahkan belum pernah didatangi pejabat yang membawahi wilayah itu, tapi justru didatangi orang-orang asing yang selama ini memberi kehidupan kepada masyarakat kepulauan setempat. "Itu jelas rawan dan sangat mengkhawatirkan, karena jika kita salah dalam menangani, maka kita bisa berada dalam situasi sulit," ucapnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007