Solo (ANTARA News) - PT Shell Indonesia bertekad untuk menghadirkan energi yang lebih bersih dengan suatu kehidupan masyarakat baik dan planet sehat.

"Pengetahuan, teknologi, dan inovasi yang dimiliki Shell dapat membantu menghadirkan lebih banyak energi yang lebih bersih," kata President Director and Country Chairman Shell Indonesia Darwin Silalahi saat menyampaikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa UNS di Surakarta, Senin.

Dia mengatakan kebutuhan energi secara global semakin bertambah seiring dengan semakin tingginya populasi pendudukan dunia dengan standar hidup yang meningkat.

Hal itu, katanya, membawa konsekuensi berupa peningkatan jumlah CO2 di atmosfer dan gas rumah kaca lainnya.

Oleh karena itu, kata Darwin, dibutuhkan upaya serius secara kolektif untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan menghadapi perubahan iklim dengan mendatangkan lebih banyak energi dari sumber-sumber yang jumlah karbonnya rendah.

"Hal ini, menjadi menjadi perhartian kami secar global. Pengetahuan, teknologi, dan inovasi yang kami miliki dapat membantu menghadirkan solusi untuk menjawab tantangan energi masa depan, kata Darwin.

Dia menjelaskan hal tersebut merupakan salah satu upaya Shell untuk membantu mewujudkan kehidupan yang lebih baik dengan menghadirkan energi yang lebih banyak dan bersih.

Pemilihan UNS Surakarta sebagai tempat kuliah umum eksekutif Shell Indonesia tersebut, kata dia, berdasarkan keberhasilan mahasiswanya melalui Tim Bengawan sebagai juara kedua "Drivers World Championship" (DWC) Asia, yang digelar di Singapura, pada 10 Maret 2017.

Dia mengatakan atas keberhasilan UNS bersama Tim II Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, mereka berhak mewakili Asia mengikuti kualifikasi untuk berkompetisi di final DWC di London, pada 23-28 Mei mendatang.

Royal Dutch Shell pada 2016 telah meluncurkan suatu kampanye global bertajuk "Make the Future" mendorong dan melibatkan orang-orang dari berbagai kelompok di seluruh dunia untuk terlibat dalam melakukan upaya pencarian solusi yang dapat menjawab tantangan energi masa depan.

Shell Eco-Marathon dan DWC merupakan elemen penting dari program global "Make the Future" yang secara khusus melibatkan generasi muda dan mahasiswa untuk mengambil peran proaktif dengan merancang, menciptakan, serta mengendarai mobil hemat enenrgi.

"Kami sampaikan tema dalam kuliah umum ini, Scenarios and A Net-Zero Emission World yang sejalan dengan tema program Make the Future," kata Darwin.

Ia menjelaskan dalam skenario terbaru suatu kehidupan yang lebih baik dengan planet sehat ada upaya optimistis Shell untuk mewujudkannya.

Sikap itu, katanya, dilakukan dengan cara mengombinasikan semuanya akan baik dalam kebijakan, penerapan teknologi sesuai dengan kondisi.

Ia menjelaskan adanya harapan untuk emisi lebih rendah yang merupakan solusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dengan kondisi planet yang sehat dalam skala waktu konsisten dengan aspirasi global.

"Kami melihat dalam presentasi bahwa masa depan itu, dipenuhi dengan hal ketidakpastian, hanya sedikit yang pasti, pertama terkait transisi energi. Hal ini, dapat dilihat bagaimana proses transisi energi itu terjadi. Selama 50.000 tahun keberadaan kehidupan manusia, sumber energi umat manusia lebih melewati transisi yang tumpang tindih," katanya.

Selain itu, kata dia, transisi dapat terjadi dengan cara tidak bisa terduga. Hal itu dapat dilihat pada inovasi sistem transportasi yang berubah secara radikal.

"Sebagai warga masyarakat kami selalu berharap perusahaan yang beroperasi di sekitarnya agar dapat menjalankan kegiatan bisnis lebih bersih, aman, bertanggung jawab, dan transparan, " katanya.

Menurut dia, hal tersebut menunjukan sistem energi yang dirancang sekarang berperan menentukan masa depan.

Selan ini, katanya, selalu mengendepankan strategi, kebijakan, dan pilihan dalam menentukan seumber energi.

Namun, katanya, fakta memperlihatkan sistem energi juga ditentukan oleh pilihan dalam menggunakan energi.

Berdasarkan data Shell Analysis World Energy model "World Energy Demand 2015" memperlihatkan tahun itu, penggunaan minyak mencapai 32 persen, gas (22), batubara (27), biomassa (10), nuklir (5), dan energi terbarukan (4), sedangkan listrik (18), fuel dan feedstock (82) yang terbagi untuk konsumsi perumahan (32), transportasi (27) serta industri dan layanan (41).

"Kami akui dunia saat ini membutuhkan lebih banyak energi yuntuk proses pembangunan dan sumber-sumber energi rendah karbon untuk menjawab tantangan perubahan iklim. Dunia emisi net-zero bukan berarti tanpa emisi apapun melainkan secara bersamaan diimbangi dengan menurunnya kada CO2 dari atmosfer bumi," katanya.

Pada kuliah umum yang disampaikan oleh Darwin Silalahi tersebut, juga didampingi Rektor UNS Surakarta Prof. Dr. Ravik Karsidi dengan jajarannya memberikan apresiasi kepada PT Shell, karena UNS merupakan salah satu perguruan tinggi berkualitas di Indonesia.

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017