Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina EP (Eksplorasi dan Produksi) mengaku kesulitan memenuhi permintaan gas, khususnya untuk industri keramik di wilayah Jawa bagian barat. Direktur Utama PT.Pertamina EP, Kun Kurnely , di Jakarta, Senin, mengatakan produksi gas yang ada telah dipergunakan buat memenuhi kebutuhan PT Pupuk Kujang dan PT Krakatau Steel. "Kami sebenarnya menghadapi dilema karena harus memenuhi permintaan gas di luar kemampuan kami," katanya. Pertamina EP memilih untuk mengurangi pasokan gas ke PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sehingga para pelanggan PGN termasuk industri keramik juga terkena dampaknya. Menurut Kun, Pertamina EP saat ini juga memasok gas ke Kujang dan Krakatau Steel dengan volume minimum. "Sebab, kalau di bawah itu, maka kedua pabrik bisa tidak beroperasi," katanya. Namun, Kun mengatakan penurunan pasokan sebenarnya bisa ditekan kalau saja gas dari BP West Java segera mengalir ke Pupuk Kujang. "Selama ini Pertamina EP diminta memasok Kujang karena BP belum mulai produksi," katanya. Ia menambahkan, seharusnya BP West Java mulai memasok gas ke Pupuk Kujang sejak Januari lalu. Namun, lanjutnya, BP belum siap sehingga untuk sementara Pertamina EP yang menyalurkan gas ke pabrik pupuk tersebut. Selain itu, penurunan juga bisa diminimalisir kalau gas Pertamina EP di Sumatera Selatan bisa mengalir ke Jawa bagian barat dengan maksimal. "Gas Pertamina EP sudah siap sejak Juni 2006 lalu. Tinggal buka keran saja," katanya. Namun, pipa tranmisi South Sumatera West Java (SSWJ) yang dimiliki PGN belum dapat beroperasi secara penuh. Kepala Badan Pengelola Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) Kardaya Warnika menambahkan, kekurangan gas buat industri keramik menjadi tanggung jawab PGN. Menurut dia, begitu pasokan gas turun, sebagai distributor gas, seharusnya PGN melakukan skala prioritas yakni mendahulukan kontrak gas yang pertama.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007