Jakarta (ANTARA News) - Setelah 921 hari menjabat Jaksa Agung dalam Kabinet Indonesia Bersatu, Abdul Rahman Saleh tidak lantas ingin begitu saja menghapus jejaknya di Gedung Bundar, Kejaksaan Agung. "Mudah-mudahan saya sempat membuat memoar 921 hari di Gedung Bundar," kata Arman, sapaan akrab Abdul Rahman Saleh, dalam sambutannya pada Serah Terima Jabatan Jaksa Agung di Sasana Bina Karya, Gedung Utama Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu Sore. Pria kelahiran Pekalongan, 1 April 1941 itu, ingin mengikuti jejak seorang birokrat di Amerika Serikat, yang setelah menjabat 1.000 hari di Gedung Putih, membuat memoar setelah lengser. Memoar tersebut berjudul "A thousand days at the White House". Abdul Rahman Saleh mengabdi di Kejaksaan Agung, sejak 20 Oktober 2004. "Jadi sampai hari ini 921 hari," katanya. Arman masuk dalam barisan anggota kabinet yang dicopot oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam reshufle 7 Mei lalu. Ia digantikan oleh anak buahnya, Hendarman Supandji. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Arman masih bungkam soal "tawaran pos baru" dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada dia, dimana publik menebak-nebak pos baru itu posisi duta besar atau pos di bidang penegakan hukum. "Saya tidak bisa bilang. Tunggu saja lah," kata pria bersosok tinggi kurus yang mengaku bobotnya susut delapan kilo selama menjadi Jaksa Agung. Pada kesempatan itu, Arman menyesalkan adanya pemberitaan bahwa dia menangisi pemberhentian dirinya dari jajaran pembantu presiden. "Ada yang menulis saya menangis. Astagafirullah..," kata Arman. Menurut dia, perasaannya memang tergolong halus dan mudah terharu. Ia mencontohkan, pada saat kelinci peliharaannya mati karena terinjak, bersama anaknya ia menangisi kematian binatang tersebut. "Itu kan bagian dari perasaan jaksa yang lembut hati," kata dia yang disambut senyuman hadirin. Terkait pemberhentian dirinya pada perombakan Kabinet Indonesia Bersatu, pria yang pernah beradu akting dengan artis Jenny Rachman dalam film Kabut Sutra Ungu (1980) itu mengaku sepakat dengan alasan Presiden yang ingin meremajakan Kejaksaan Agung dan memilih Hendarman Supandji -JAM pidsus- sebagai pengganti dia. "Kalau ini (penyegaran-Red) persoalannya, dia (Hendarman) memang lebih segar. Paling tidak dia lima tahun lebih muda dari saya," seloroh Arman disambut gelak tawa para undangan. Kepada Hendarman yang menggantikannya, Arman memberi sejumlah "PR" dan meminta hak prerogatif untuk bisa menghubungi mantan tangan kanannya itu setiap saat. "Saya minta hak itu supaya saya sebagai mantan Jaksa Agung bisa mengingatkan beliau," kata Arman.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007