Jakarta (ANTARA News) - Kukuh Kumara, Sekretaris Jendral Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), menjelaskan dua tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia jika ingin mengekspor kendaraan roda empat, yaitu standar emisi dan model kendaraan yang diminati.

Kukuh menjelaskan beberapa negara tujuan ekspor memiliki standar emisi Euro4 dan Euro5, sedangkan Indonesia masih tertinggal karena masih menggunakan standa Euro2.

Standar emisi yang berbeda itu membuat pabrikan mobil di Indonesia membuat mobil dari dua lini produksi, satu untuk pasar domestik dan satunya lagi untuk pasar ekspor, sehingga dinilai kurang efektif.

"Kalau kita tetap Euro 2, itu repot. Negara lain (tujuan ekspor) sudah menerapkan aturan gas buang yang ketat. Jadinya produksi kita punya dua lini produksi, satu untuk dalam negeri satu untuk ekspor. Mestinya cukup satu line untuk keduanya," kata Kukuh dalam diskusi 'Peluang dan Tantangan Model MPV di 2017' yang digelar Forum Wartawan Otomotif (Forwot) Indonesia di Jakarta, Kamis.

Selain itu, sejumlah mobil MPV yang diekspor Indonesia masih menggunakan ladder sasis dengan bobot yang lebih berat sehingga juga mempengaruhi carbon tax di negara tujuan.

"MPV yang masih menggunakan frame ladder akan terkena carbon tax karena berat kendaraan lebih berat," kata Kukuh kemudian menambahkan pabrikan juga membutuhkan waktu jika ingin memproduksi mobil yang lebih ringan karena berkaitan komponen mobil.

Kukuh juga menyoroti model mobil yang diminati negara tujuan ekspor bukanlah dari segmen MPV melainkan sedan dan pickup kabin ganda.

"MPV bukan mobil yang diminati di Australia. Mereka sukanya sedan dan doubel cabin," kata dia.

Di sisi lain, Kukuh mengingatkan produsen mobil untuk menjajaki peluang ekspor ke Australia.

"Secara geografis lebih dekat ke Australia. Selisih waktu pengiriman dari Thailand dibandingkan Indonesia dalam pelayaran bisa hitungan hari," lanjut dia.

Ia menambahkan, "Bisakah setelah GM (General Motors) keluar dari Australia, kita melihat peluang ada di sana."
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017