Yogyakarta (ANTARA News) - Upacara tradisional "Cembengan" atau "Tebu Manten" (pengantin tebu) di Pabrik Gula Madukismo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (7/5), ternyata menarik minat ratusan warga setempat menyaksikan acara yang sudah dilakukan sejak 1950-an itu. Prosesi "Tebu Manten" yang dimulai pukul 14.00 WIB dari Gedung Madu Chadnya, tidak jauh dari pabrik gula tersebut, diawali ketika puluhan prajurit berpakaian beskap Jawa mengiringi pasangan "pengantin tebu" bernama "Kyai Anggoro" dan "Nyai Kasih". "Pasangan tebu" tersebut dibawa keliling kompleks pabrik gula dengan kereta kuda "Kyai Banyu Roto" buatan Inggris tahun 1904. Iring-iringan kemudian masuk ke dalam pabrik menuju stasiun penggilingan pertama. Setelah sampai di depan mesin, "Kyai Anggoro" dan "Nyai Kasih" yang masing-masing terdiri atas sembilan batang tebu hitam dan putih diserahkan oleh Kepala Bagian Tanaman PT Madu Baru Warsito kepada General Manager Rahmat Edi Cahyono. "Pasangan tebu" itu kemudian ditempatkan di salah satu bagian mesin giling. Tetapi tidak langsung diproses menjadi gula, masih harus menunggu sampai Senin (14/5) pekan depan, saat acara penggilingan tebu perdana dimulai. Tampak disamping mesin giling sesaji berupa 40 ayam bakar berikut sepasang kepala sapi dan kerbau serta makanan lainnya. Para peserta kirab kemudian duduk melingkari sesaji ini dan mendoakannya. "Masing-masing ayam bakar mewakili bagian atau unit kerja dari pabrik, sementara kepala kerbau dan sapi memiliki makna semangat kerja keras," kata Direktur PT Madu Baru Agus Siswanto selaku pelaksana produksi pabrik gula Madukismo. Selain menjalankan adat kebiasaan yang sudah berjalan sejak 1950-an itu, upacara "Cembengan" ini juga bertujuan memohon keselamatan kepada Tuhan. Mulai Senin (14/5) pekan depan, pabrik gula akan melakukan penggilingan perdana, dan akan terus berlangsung selama satu tahun ke depan. "Harapan akan berkah, kelancaran dan jauh dari musibah menjadi tujuan dari upacara `cembengan` atau `tebu manten` ini," tuturnya. Warga setempat cukup terhibur dengan prosesi acara tradisional yang juga menampilkan pertunjukan tari Jathilan dan Angguk (Ndolalak) yang digelar di jalan masuk menuju pabrik. Ikut menyaksikan acara "Cembengan" ini putri sulung Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, yakni Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007