Makassar (ANTARA News) - Direktur Utama Lembaga Penyiaran dan Pemberitaan RRI (LPP-RRI), Parni Hadi, mengatakan bahwa tahun 2007, pihaknya memperluas jaringan siaran ke daerah-daerah perbatasan negara untuk mengantisipasi menguatnya informasi luar negeri yang diterima masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah perbatasan. "Masyarakat Indonesia di daerah perbatasan sampai sekarang lebih banyak menerima informasi dan siaran radio luar negeri daripada informasi mengenai bangsanya sendiri," katanya kepada wartawan di Makassar, Minggu. Mantan Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (Sekjen PWI) itu mengemukakan, "Ini kan lucu, masak masyarakat kita lebih mendapatkan informasi dari luar dari pada dari bangsanya sendiri." Ia mengemukakan, pihaknya di masa mendatang mengupayakan adanya Sabuk Pengaman Informasi (SPI), karena saat ini yang terjadi bukan lagi perang fisik melainkan perang informasi melalui udara. "Karena itu, bagi daerah-daerah perbatasan dengan negara tetangga, seperti Tahuna (Sulut) dengan Filipina, Kalimantan mencakup Malaysia dan Brunai, serta lainnya akan diperkuat dengan siaran nasional melalui RRI," ujar mantan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA itu. Ia mengemukakan, belum seluruh wilayah perbatasan di Indonesia terjangkau siaran RRI. Penguatan informasi melalui SPI yang dibangun di sejumlah daerah perbatasan bertujuan, agar warga di kawasan tersebut memperoleh informasi secara menyeluruh yang disiarkan RRI dengan empat programanya, yakni informasi, pendidikan, hiburan dan budaya. "RRI wajib menyebarluaskan informasi ke masyarakat terutama warga yang berada di perbatasan," kata mantan Sekjen Organisasi Kantor Berita Asia-Pasifik (OANA) tersebut. RRI pada tahun ini akan meningkatkan jaringan pemancar ke wilayah tersebut, termasuk ke daerah kabupaten yang jauh dari ibukota provinsi, dengan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Jerman. Mantan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Umum Republika itu mengemukakan, penguatan jaringan pemancar di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau siaran RRI ke masyarakat dilakukan karena institusi pemberitaan milik negara ini adalah milik publik. "Siapa pun akan diberi kesempatan untuk berdialog langsung dengan pendengar apakah itu sektor pendidikan, budaya atau politik, kasus korupsi dan pertahanan keamanan," katanya. Selain itu, menurut dia, RRI juga akan memberikan hiburan sehat sebagai perekat dan pelestarian budaya bangsa. Parni yang didampingi Direktur Program Produksi RRI, Niken Widiastuty, mengatakan bahwa lembaga yang dipimpinnya akan memberi kesempatan kepada dosen dan mahasiswa untuk melaksanakan Kuliah Jarak Jauh (KJJ) melalui media elektronik ini sebab model pendidikan cukup efektif, seperti yang diterapkan media-media publik (pemerintah) di Amerika Serikat (AS). Pendidikan lewat media radio, khususnya RRI tersebut adalah untuk mendekatkan mahasiswa dengan dosennya termasuk yang bergelar profesor dengan mendatangkan guru besar ke studio untuk memberikan kuliah lewat frekwensi RRI. Kuliah jarak jauh yang dimediasi RRI ini sudah dilaksanakan secara bergilir pada 287 Perguruan Tinggi Negeri/Swasta se Sulawesi. Selain itu, generasi muda pencinta musik maupun seniman juga diberi waktu untuk mengalunkan suaranya baik dengan lagu daerah, dangdut, pop sampai musik rock. "Semua ini dibangun untuk mendekatkan mahasiswa dengan dosennya atau seniman dengan fansnya," ujarnya. Ia menambahkan pula, dalam waktu dekat ini pihaknya menyelenggarakan program siaran "berbalas pantun" dengan radio pemerintah serumpun Malaysia dan Brunai Darussalam, sebagai wujud pelestarian budaya antarnegara sekaligus memperkokoh silaturahmi antarnegara melalui kegiatan tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007