Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian (Deptan) mengungkapkan program Revitalisasi Perkebunan Kelapa Sawit seluas dua juta hektare (ha) membutuhkan sumber daya manusia (SDM) sebanyak 340 ribu selama 2007-2011. Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian Deptan, Ato Suprapto di Jakarta, Sabtu menyatakan SDM yang dibutuhkan tersebut adalah untuk sektor budidaya, perkebunan, pabrik minyak kelapa sawit. "Untuk mendukung program pengembangan agribisnis kelapa sawit diperlukan SDM yang terampil, profesional, dan berwawasan global," katanya. SDM yang diperlukan guna mendukung revitalisasi perkebunan kelapa sawit tersebut tidak hanya dari lulusan sekolah dasar (SD) namun juga setingkat Diploma maupun Sarjana (S1), katanya. Dia menjelaskan, untuk mengisi tenaga buruh tani diperlukan sebanyak 298 ribu orang sementara itu SDM untuk budidaya kelapa sawit mencapai 24 ribu orang dan di pabrik minyak kelapa sawit 18 ribu orang. Untuk budidaya kelapa sawit dan pabrik minyak kelapa sawit diambilkan dari lulusan SLTA, DIII, DIV dan sarjana. Ato merinci, setiap 5.000 ha yang merupakan satu unit perkebunan memerlukan 60 orang tenaga kerja yang terdiri atas sarjana untuk bebagai posisi dari administratur, asisten kepala hingga afdeling. Kemudian tujuh mandor besar denga tingkat pendidikan minimal DIII, 35 mandor bidang (SLTA) dan tujuh orang krani (SLTA). Untuk pabrik kelapa sawit membutuhkan 45 orang tenaga kerja dengan rincian lima sarjana, lima orang mandor (DIII) dan 35 operator (SLTA). Selain untuk perkebunan besar, Ato menambahkan, juga dibutuhkan SDM untuk pengembangan perkebunan rakyat kelapa sawit seluas 1,5 juta ha selama lima tahun ke depan sebanyak 637.500 ribu keluarga tani kelapa sawit. Kebutuhan SDM untuk perkebunan rakyat kelapa sawit tersebut juga meliputi petugas pendamping atau penyuluh sebanyak 300 orang dengan tingkat pendidikan S1 atau DIV serta asisten penyuluh mencapai 900 orang yang berpendidikan SPP/SMK pertanian. Menurut Ato, hingga 2006 ketersediaan SDM pertanian untuk subsektor pangan, perkebunan dan hortikultura sebanyak 37,16 juta orang atau melebihi kebutuhan. "Namun SDM yang tersedia belum sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan," katanya. Selain itu tenaga kerja yang tersedia masih didominasi lulusan SD dan SLTP (66,19 persen), sedangkan lulusan pendidikan pertanian pada umumnya belum siap kerja. Menurut data BPS 2006, ketersediaan SDM subsektor pangan, perkebunan, hortikultura untuk lulusan SD sebanyak 18,47 juta orang, SLTP 6,13 juta orang, SLTA 2,06 juta orang sementara dari perguruan tinggi hanya 78.052 orang. Pelatihan dan magang Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas SDM sektor perkebunan, Badan SDM Pertanian Deptan akan melakukan program "retooling" atau pelatihan dan pemagangan terutama untuk sarjana pertanian yang masih menganggur. Program tersebut dilakukan secara kerja sama antara Departemen Pertanian dengan Dapartemen Pendidikan Nasional, Depnakertrans dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). "Jadi nantinya peserta program tersebut selain mendapat pelatihan mengenai pengembangan kelapa sawit juga akan magang di perkebunan dan perusahaan kelapa sawit milik BUMN maupun swasta anggota Gapki," katanya. Menyinggung dana yang diperlukan untuk program "Retooling" tersebut Ato tidak bersedia menyebut angka pasti namun hanya mengatakan selama dua tahun ke depan akan ditanggung melalui APBN Deptan, Depdiknas dan Depnakertrans. "Kalau sudah sukses nantinya sepenuhnya akan diserahkan kepada swasta untuk menyelenggarakan pelatihan dan pemagangan sarjana ini," katanya. Dia menyatakan, pada tahun ini akan dilakukan proyek percontohan depan program pelatihan dan pemagangan untuk mengisi tenaga perkebunan tersebut di Riau dan Kalimantan Timur. Ato menyatakan program pelatihan dan pemagangan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas SDM pertanian terutama untuk subsektor perkebunan guna mendukung Revitalisasi Perkebunan Sawit. "Dengan Revitalisasi perkebunan kelapa sawit tersebut diharapkan pada 2012 Indonesia mampu menjadi produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia menggantikan Malaysia," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007