Surabaya (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) memberikan pembelajaran mengenai pembuatan video pendek bagi SMA/SMK se-Jawa Timur di Surabaya, Rabu.

Kabid Pemberdayaan Pemuda dan Perempuan FKPT Jatim Dr Hesti Armiwulan mengatakan kegiatan yang bertema "Di Bawah Sang Merah Putih" ini bertujuan untuk memberikan pemahaman berkaitan dengan teroris dan nasionalisme kepada siswa SMA/SMK yang akan mengikuti lomba pembuatan video pendek nasional BNPT di Jakarta pada bulan November mendatang.

"Tahun lalu sudah diadakan lomba video pendek nasional. Namun peserta tidak diberi pemahaman terlebih dahulu tentang apa itu terorisme," katanya.

Saat lomba, lanjut dia, peserta memaknai teroris itu pasti bom, kemudian jihad, bunuh diri dan lainnya. Pemahaman itu dikhawatirkan justru membuat peserta mencari tahu.

"Tapi mencari tahunya dalam hal negatif. Tanpa disadari kita memberikan semacam propaganda secara tidak sengaja," katanya.

Karena itu, ada masukan dari FKPT lain pada saat workshop di Jakarta kalau peserta harus diberikan edukasi terlebih dahulu mengenai masalah teroris dan nasionalisme.

Selain itu, Hesti mengungkapkan, kebanyakan sasaran dari terorisme adalah mengajak anak muda. Hal itu disebabkan mental anak muda yang masih labil dan selalu ingin mengetahui hal yang baru.

"Dengan lomba ini kami ingin melakukan pencegahan doktrin-doktrin radikalisasi terhadap mereka. Selain itu bisa dijadikan ajang menumbuhkan kreativitas dan nasionalisme bagi mereka," ujarnya.

Hesti menjelaskan, peserta workshop kali ini berasal dari 24 kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur.

Salah satu pemateri workshop, yakni Sutradara Miles Production Bhre Aditya yang menjelaskan tentang desain-desain video pendek berdurasi 5 menit.

"Selain itu juga ditekankan bagaimana menerima perbedaan. Saya juga tak hanya mengajari, tapi juga belajar dari mereka," kata dia.

Sementara itu, Artis Putri Ayudya yang juga menjadi pemateri mengapresiasi kegiatan yang dilakukan BNPT-FKPT ini.

"Ini strategi yang menarik, suatu soft approach kepada anak muda yang menjadi sasaran empuk dari gerakan radikalisasi yang selama ini terjadi," kata dia.

Menurut dia, keterlibatan figur publik menjadi cukup penting dalam upaya pencegahan ini. Karena itu tidak salah jika mereka juga disebut sebagai "agent of change" yang menarik di saat terjadi perang pemikiran seperti sekarang.

"Aktor akan selalu terlihat berada di garda terdepan dalam pembuatan film. Namun aktor harus bisa mengerti cara bekerjasama yang baik dengan film maker di balik layar. Mengikuti arahannya," ujarnya. *

(KR-IDS/S023)

Pewarta: Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017