Seharusnya dalam debat ini masyarakat dapat mengeksplorasi satu kasus, misalnya bidang infrastruktur
Cikarang, Bekasi, Jawa Barat (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Islam 45 Bekasi, Harun Al Rasyid mengkritik debat calon bupati dan wakil bupati Bekasi sebagai tidak memuat substansi tepat dan terlalu sempit waktunya.

"Tentu ini tidak sebanding dengan jumlah pasangan calon yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum," katanya di Cikarang, Selasa.

Dia mengkritik kelima pasangan calon bupati Bekasi hanya menawarkan pesan-pesan normatif dan kurang interaktif yang tidak didasari oleh isu-isu nyata dalam masyarakat Kabupaten Bekasi sehingga sebagian warga mempertanyakan makna debat.

Pilkada Kabupaten Bekasi diikuti lima pasangan, meliputi pasangan Meilina Kartika Kadir-Abdul Kholik, Sa'dudin-Ahmad Dhani, Obon Tabroni-Bambang Sumaryono, Iin Farihin-Mahmud Al Hafiz, dan pasangan petahana Neneng Hasanah Yasin-Eka Suria Atmaja.

Harun menila kelima pasangan memiliki visi misi yang hampir sama, dalam soal pembangunan, birokrasi dan lingkungan hidup, pertanian dan industri. Tak ada yang spesifik yang mereka tawarkan kepada rakyat, kata Harun.

"Seharusnya dalam debat ini masyarakat dapat mengeksplorasi satu kasus, misalnya bidang infrastruktur," kata Harun.

Dia mengkritik panggung debat pada Pilkada Kabupaten Bekasi lebih bersifat untuk memenuhi syarat Pilkada semata sehingga tidak ada komunikasi politik tergambar dari debat itu.

Sudah begitu, kasus yang dibedah dan pertanyaan-pertanyaan dalam debat pun tidak dikupas tajam. "Saya berpikir harus ada agenda serupa untuk lebih mengenalkan paslon pada masyarakat," kata Harun.


Pewarta: Mayolus Fajar D.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017