Samarinda (ANTARA News) - Ketua pelaksana harian PB PON XVII-2008 Kaltim, Syaiful Teteng mengungkapkan alasan tentang pengunduran dirinya dalam jabatan di Pengurus Besar Pekan Olahraga Nasional itu, yakni karena dirinya merasa mendapat tekanan dari sejumlah pihak untuk meminta event olahraga akbar itu dilaksanakan April 2008. "Saya siap mundur mungkin bisa digantikan pihak kawan-kawan yang memiliki waktu yang cukup, dan lebih profesional. Saya mundur karena mendapat tekanan, terutama dari pihak yang meminta PON pada April, saya menilai paling tepat Juli," katanya di Samarinda, Jumat. Hasil Raparnas di Bali awal 2006, PON seharusnya pada Maret 2008, namun kemudian pada Musornas KONI di Jakarta pada awal 2007 ada aspirasi meminta pada Juli 2007. Kemudian, KONI pusat menilai bahwa pelaksaan paling tepat adalah April 2008, karena apabila ditunda sampai Juli 2008 akan menambah dana bagian seluruh provinsi peserta PON dalam pembinaan atlet. Menurut dia, berdasarkan hasil Musornas KONI di Jakarta salah satu butir hasil keputusan KONI menyebutkan, paling cepat diselenggarakan pada April 2008, artinya bisa mundur hingga September, namun pada September bertepatan dengan bulan puasa sehingga diajukan menjadi Juli. "Jika penyelenggaraan tetap dipaksakan pada bulan Maret atau April, maka saya lebih baik mengundurkan diri, saya tidak bisa bekerja di bawah tekanan pihak mana pun, kita sudah punya kesepakatan laksanakanlah kesepakatan yang ada, jangan mundur maju," katanya. Syaiful Teteng menjelaskan, ada tiga faktor pertimbangan dirinya untuk mundur, diantaranya berdasarkan evaluasi menyeluruh mengenai kesiapan sarana fisik "sport center" maupun beberapa venues yang ada di masing-masing kabupaten dan kota. Ia menilai, perlu evaluasi dukungan infrastruktur lain, seperti, jalan, jembatan, air bersih dan listrik, agar tidak terkesan kacau-balau. Banyak pihak menyesalkan sikap Syaiful Teteng yang juga Sekretaris Provinsi Kalimantan Timur itu. Misalnya, Walikota Samarinda, Achmad Amins, menilai bahwa tindakan Ketua Harian PB PON Kaltim mengundurkan diri dari jabatannya adalah sikap tidak bertanggung jawab. "Mengapa baru sekarang mundur diri, tidak dari dulu. Kalau dibilang sibuk, semua Ketua Sub PB PON sibuk juga. Kalau di militer bisa ditembak orang yang melarikan diri itu," kata Achmad Amins bernada keras. Salah satu pengamat olahraga Kaltim, M. Thalib, yang juga dikenal sebagai mantan atlet PON Kaltim menilai bahwa berbagai alasan Syaiful Teteng itu hanya menyembunyikan ketidakmampuan dirinya untuk menjadi pemimpin PB PON pasca-ditahannya Ketua Umum PB PON Kaltim, Suwarna AF, yang juga gubernur Kaltim atas instruksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus korupsi sawit sejuta hektare. "Sudah lama kita mengkritik kinerja PB PON yang sudah dibentuk 2003, namun tidak berbuat apa-apa. Seharusnya kalau mau mundur dari dulu, mengapa PON sudah dekat baru membuat pernyataan meresahkan," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007