Jakarta (ANTARA News) - Menjelang akhir tahun 2016, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meninjau beberapa sektor industri dan unit kerja Kementerian Perindustrian di Jawa Timur.

“Kami terus mendorong dan memotivasi para pelaku industri untuk terus tumbuh dan berdaya saing. Apalagi, kami optimistis tahun depan kinerja industri lebih baik lagi dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian,” ungkap Airlangga lewat keterangan pers diterima di Jakarta, Rabu.

Kali ini, Airlangga blusukan ke sektor industri furniture, makanan dan minuman, sentra industri kecil dan menengah (IKM) bumbu, serta Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Jawa Timur.

Menurutnya, potensi pengembangan daya saing industri furniture dan kerajinan di Indonesia cukup besar karena selain didukung ketersediaan sumber bahan baku berupa kayu, rotan, bambu dan bahan alami lainnya, juga ditopang dengan keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta sumber daya manusia kompeten. “Industri furniture telah terintegrasi mulai dari bahan baku sampai produk jadi yang dilakukan di Indonesia,” ujarnya.

Airlangga menilai, industri furniture dan kerajinan nasional merupakan salah satu sektor unggulan karena mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global. “Selain itu, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja yang cukup signifikan,” tuturnya.

Dirjen Industri Agro Panggah Susanto menyebutkan, perkembangan industri furniture nasional terus mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Secara total pada tahun 2013, nilai ekspor furniture kayu dan rotan nasional mencapai 1,8 miliar dollar AS dan meningkat menjadi 1,9 miliar dollar AS tahun 2014.Sedangkan tahun 2015 menjadi 2 miliar dollar AS. “Diprediksi nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai USD 5 miliar,” ungkapnya.

Ketika meninjau pabrik PT GarudaFood di Gresik, Airlangga mengatakan, industri makanan dan minuman nasional mampu menunjukkan kinerja positif dengan tumbuh mencapai 9,82 persen atau sebesar Rp192,69 triliun pada triwulan III 2016. Dengan capaian tersebut, sektor prioritas ini menopang sebagian besar pertumbuhan industri non migas yang mencapai 4,71 persen.

“Pada triwulan III tahun 2016, kinerja industri makanan dan minuman hampir dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi,” ujarnya. Laju pertumbuhan industri ini, terutama didorong kecenderungan masyarakat khususnya kelas menengah ke atas yang mengutamakan konsumsi produk-produk makanan dan minuman yang higienis dan alami.

Sementara itu, sumbangan nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada Januari-September 2016 mencapai 17,86 miliar dollar AS.

Capaian ini membuat neraca perdagangan masih positif bila dibandingkan dengan nilai impornya pada periode yang sama sebesar 6,81 miliar dollar AS.

Sedangkan, dilihat dari perkembangan realisasi investasi sektor industri makanan dan minuman, sampai dengan triwulan II tahun 2016 sebesar Rp24 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar 1,6 miliar dollar AS Kegiatan ini sekaligus mengawal dan memastikan industri prioritas nasional agar terus berkembang ke arah yang lebih baik sambil ingin mengetahui berbagai kendala dan kebutuhan yang dihadapi pelaku industri saat ini.

Sementara itu, saat di BPIPI Sidoarjo, Menperin meminta kepada pusat desain sepatu di dalam negeri ini untuk terus menjalin kerja sama dengan pusat desain sepatu internasional dalam rangka meningkatkan daya saing serta mendongkrak market share industri sepatu nasional di pasar global. “Kami akan memfasilitasi dan menjajaki potensi kerja sama antara BPIPI dengan pusat desain internasional, terutama dengan Uni Eropa,” ujarnya.

Sedangkan, saat mengunjungi IKM bumbu Machmudah di Sidoarjo, Airlangga menyatakan bahwa pembinaan dan penguatan IKM akan memberikan dampak ekonomi dan efek sosial yang positif. Selain menyerap banyak tenaga kerja, IKM juga mampu mendistribusikan hasil-hasil pembangunan di Indonesia sehingga mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat.

Untuk itu, langkah-langkah strategis yang dilakukan Kemenperin dalam pembinaan IKM nasional, antara lain pemberian fasilitasi bimbingan penerapan dan sertifikasi produk, optimalisasi mesin dan peralatan, pemberian izin usaha, pengembangan produk, perlindungan hasil karya industri dengan HKI, serta bantuan informasi pasar, promosi dan pemasaran.

IKM bumbu Machmudah yang berdiri sejak tahun 1999 ini merupakan perintis usaha di Sidoarjo untuk memproduksi beragam bumbu tradisional dengan bahan alami. IKM ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 100 orang yang bekerja di dalam pabrik, ditambah 100 orang lagi yang bekerja di luar pabrik untuk penyiapan bahan baku berupa rempah-rempah yang telah dikupas. Produk yang dihasilkan sebanyak 40.000 bungkus per hari dengan omzet sebesar Rp 50-60 juta per hari.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016