Jakarta (ANTARA News) - Keberhasilan Polri menangkap dan menggagalkan teror pada Sabtu (10/12) di Bekasi patut dipuji karena bukti adanya sinergitas yang baik antara Badan Intelijen Negara dan penegak hukum, kata anggota Komisi I DPR Charles Honoris.

"Sinergitas yang baik menghasilkan deteksi dini dan pencegahan yang efektif atas aksi-aksi teror yang mengancam Indonesia," katanya di Jakarta, Senin.

Charles mengatakan organisasi teror seperti ISIS dan ideologinya merupakan ancaman yang sangat nyata saat ini.

Ancaman tersebut menurut dia, bukan hanya berbentuk aksi terorisme, tetapi dapat bermanifestasi dalam wujud gerakan politik yang mengganggu stabilitas politik negara termasuk makar.

"Negara tidak boleh kalah dari kelompok-kelompok teror dan ideologi radikal. Seperti kata Presiden Jokowi jangan beri ruang untuk paham radikal berkembang di bumi Nusantara," ujarnya.

Politisi PDI Perjuangan itu menilai saat ini kelompok radikal sudah melakukan infiltrasi ke berbagai jaringan maupun ormas di Indonesia.

Bahkan menurut dia, ada ormas yang sudah secara terbuka mendukung ISIS dan pentolannya membaiat warga menjadi pengikut ISIS.

"Koordinasi yang baik antara lembaga intelijen dan penegak hukum harus terus ditingkatkan," katanya.

Charles meyakini koordinasi yang baik itu bisa menggagalkan ancaman ISIS terhadap Indonesia dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sebelumnya Densus 88 Mabes Polri menangkap tiga terduga teroris, MNS dan AS (laki-laki) serta DYN (perempuan) pada Sabtu (10/12) di daerah Bekasi, Jawa Barat.

MNS dan AS ditangkap di jalan layang Kalimalang, Bekasi, sementara itu DYN ditangkap di rumah kontrakan di Jalan Bintara Jaya 8 Bekasi, Jawa Barat.

Polisi menemukan barang bukti berupa bom rakitan berbentuk penanak nasi elektronik (rice cooker) di kamar 104 kontrakan tiga lantai itu.

Tim Gegana Polda Metro Jaya meledakkan satu dari tiga bom aktif yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) pada Sabtu (10/12) malam.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016