Pangkalpinang (ANTARA News) - Kebutuhan aspal Indonesia yang mencapai 1,1 juta metrik ton per tahun, mendorong PT Timah melakukan diversifikasi usaha dengan membangun pabrik ekstraksi aspal di daerah penghasil aspal terbesar Buton, Sulawesi Tenggara, akhir tahun ini. Dengan pabrik itu, Timah akan mengolah aspal Buton yang selama ini hanya dipergunakan untuk pembangunan jalan kelas dua, menjadi aspal yang bisa untuk membuat jalan hotmix dan jalan negara. "Kita sudah menyelesaikan proses studi kelayakan pabrik dan selanjutnya memproduksi aspal yang selama ini hanya dijual sebagai bahan baku tanpa adanya proses teknologi didalamnya," kata Surawardi Direktur Pengembangan dan SDM PT Timah, Rabu. Menurut Surawardi, aspal yang dihasilkan Timah siap memasuki pasar setelah pilot projek di Pusat Metalurgi Timah Muntok selesai. Aspal buton yang sebelumnya dijual dalam bentuk bahan baku hanya dihargai sebesar 250 dolar perton. Bila diolah di pabrik ekstraksi aspal harganya mencapai dua kali lipat. PT Timah yang sudah menggeluti bisnis aspal di Buton sejak lima tahun lalu, sebelumnya telah berusaha memoles aspal dari bentuk bahan baku, selanjutnya pengolahan aspal itu terus ditingkatkan hingga terwujudnya pembangunan pabrik ekstraksi aspal. PT Timah baru berencana akan memproduksi pabrik ekstraksi aspal itu pada akhir 2007. Sebelum berproduksi akan dilakukan uji coba di Kalimantan Timur. Manajemen timah enggan menjelaskan investasi membuat pabrik ekstraksi aspal itu, begitu juga mitra yang diajak bekerjasama. Pabrik tersebut nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan aspal hotmix didalam negeri.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007