Bagi pemerintah Indonesia keselamatan WNI adalah yang terpenting."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menyerukan kepada Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay untuk melakukan gencatan senjata dalam operasi militer Filipina terhadap kelompok bersenjata di wilayah selatan negara kepulauan itu yang masih menyandera warga negara Indonesia (WNI).

"Menlu sudah berkomunikasi dengan Menlu Filipina untuk meminta dilakukannya gencatan senjata demi keselamatan sandera," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri RI Lalu Muhammad Iqbal di Jakarta, Rabu.

Operasi militer Filipina tersebut dilancarkan pada 13 Agustus 2016 di wilayah selatan Filipina, termasuk Pulau Jolo yang diduga kuat menjadi tempat para WNI disandera kelompok bersenjata.

Menurut Iqbal, Pemerintah RI telah menerima informasi bahwa gencatan senjata telah dilakukan sejak 15 Agustus 2016.

"Bagi pemerintah Indonesia keselamatan WNI adalah yang terpenting," katanya.

Kemlu RI juga telah menerima konfirmasi dari pemerintah Filipina bahwa satu WNI ABK Tugboat Charles bernama Muhammad Sofyan berhasil bebas dari kelompok bersenjata yang menyandera tujuh WNI sejak 20 Juni 2016.

"Saat ini, Muhammad Sofyan sudah berada di tangan Kepolisian Sulu," kata Iqbal.

Tim dari Kedutaan Besar RI di Manila dan Konsulat Jenderal RI Davao sudah menuju ke Zamboanga City untuk menangani proses selanjutnya dan memastikan kondisi yang bersangkutan dalam konsisi selamat.

Selain Muhammad Sofyan, masih ada enam ABK Tugboat Charles yang masih disandera, yakni Ferry Arifin, Muh Mahbrur Dahri, Edi Suryono, Ismail, Muhammad Nasir, dan Robin Piter.

Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016