Bandung (ANTARA News) - Terkait kematian Cliff Muntu (21) Praja Tingkat II Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) kontingen dari Manado, Sulawesi Utara, sebanyak 20 praja senior yang diduga mengetahui kematian korban diperiksa secara intensif oleh penyidik Satreskrim Polres Sumedang, Jabar, Selasa. Kapolres Sumedang AKBP Syamsul Bachri yang dihubungi wartawan dari Bandung, Selasa mengatakan, ke-20 orang yang menjalani pemeriksaan sebagai saksi itu semuanya praja IPDN senior yang diduga mengetahui penyebab kematian korban. Selain memeriksa 20 praja, kata dia, pihaknya juga memeriksa saksi lain diantaranya pelapor dan pembina di lingkungan IPDN. "Sampai Selasa malam kami belum menetapkan status tersangka kepada puluhan saksi tersebut. Namun diharapkan pada Rabu (4/4) kami sudah bisa menangkap tersangkanya," ujar Kapolres. Sementara itu dari Ruang Instalasi Jenazah RS Hasan Sadikin Bandung dilaporkan, otopsi jenazah praja IPDN itu dilakukan pada Selasa pukul 11.30 WIB. Namun hingga Selasa malam, belum ada kejelasan terkait kematian korban. "Saya tidak berwenang membeberkan hasil otopsi, karena yang berwenang ialah pihak penyidik dari Polres Sumedang. Lagi pula hasil otopsi secara keseluruhan baru bisa diketahui seminggu kemudian," jelas Kepala Forensik RSHS Noorman Herryadi dr SpF SH. Sebelumnya dilaporkan Praja IPDN Cliff Muntu diduga meninggal secara tidak wajar. Pasalnya banyak kejanggalan-kejanggalan. Hal itu dikuatkan dengan adanya darah yang keluar dari kepala bagian belakang. Bercak darah itu terlihat saat petugas forensik memindahkan jenazah korban dari dalam peti mati ke ruang otopsi. Di bagian bantal bekas kepala jenazah tertinggal bercak darah merah yang mengental. Padahal sebelum dimasukkan dalam peti dan dibawa ke RSHS, jenazah terlebih dahulu dimandikan di RS Al Islam Bandung. Setelah itu dipakaikan pakaian kebesaran IPDN berwarna putih bersih lengkap dengan atributnya oleh para praja senior. Sementara itu salah seorang dosen Ilmu Pemerintahan IPDN, Inu Kencana Syafii, yang dimintai keterangan menduga ada apa-apa dibalik kematian prajanya itu. "Saya berkeyakinan pasti ada apa-apanya dibalik kematiannya, bila hal itu terbukti berarti IPDN kembali melakukan kebohongan publik," ujarnya ketika ditemui wartawan di kamar mayat RSHS.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007