Rio de Janeiro (ANTARA News) - Agustus 2016 ini menjadi bulan berkah dan berkesan bagi Sri Wahyuni Agustiani, atlet angkat besi putri Indonesia yang berhasil meraih medali perak Olimpiade di Rio de Janeiro, Brazil, Sabtu (6/8).

Bukan hanya karena ia berhasil mempersembahkan medali pertama bagi Indonesia di ajang pesta olahraga sejagat itu, tapi karena sebentar lagi ia berulang tahun yang ke-22 sehingga prestasi itu juga sebagai hadiah yang sangat berharga.

"Saya senang bisa meraih perak jelang ulang tahun saya," kata atlet kelahiran Bandung, 13 Agustus 1994 itu.

Selain itu, kata Wahyuni, ada orang-orang yang dihormatinya yang juga berulang tahun pada bulan Agustus ini. Ia pun menyebut nama Mayjen TNI Marinir Purnawirawan Joko Pramono, yang ikut membinanya sejak kecil dan dianggapnya sebagai ayah sendiri, serta pelatihnya di pelatnas Olimpiade, Dirja Wiharja.

"Pak Dirja bulan ini ulang tahun, kalau Pak Joko baru saja berulang tahun. Medali yang saya dapat ini juga kado ulang tahun buat mereka," kata Sri Wahyuni yang meraih medali perak di kelas 48 kg putri itu.

Rio de Janeiro 2016 merupakan Olimpiade pertama yang diikutinya, namun sebelum tampil di ajang paling bergengsi tersebut ia sudah mencatat sejumlah prestasi, di antaranya medali perak Asian Games 2014, emas SEA Games 2013 serta juara di sejumlah turnamen tingkat internasional.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Bekasi itu juga menyatakan siap untuk terus berkiprah dalam olahraga angkat besi agar dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi setelah mendapat medali perak Olimpiade ini.

Tampil di Olimpiade memang hal yang diimpikan oleh Sri Wahyuni, sehingga sejak lolos kualifikasi ia terus berusaha keras dalam pelatnas untuk meningkatkan kemampuan angkatannya.

Hal itu juga diakui oleh manajer tim angkat besi Olimpiade Indoensia di Olimpiade, Alamsyah Wijaya. "Saya sudah memperkirakan ia bakal dapat meraih medali, dilihat perjuangan dan peningkatan prestasinya selama di pelatnas," kata Alamsyah,

Kemajuan pesatnya terutama saat menjalani pelatnas di Afrika Selatan, sebulan menjelang Olimpiade 2016.

Hasil kerja kerasnya dalam latihan terlihat saat tampil arena Olimpiade di Riocentro, Rio de Janeiro itu, di depan ratusan penonton.

Ia cukup tenang dalam persaingan ketat di kelas 48kg itu. Sayangnya pada angkatan terakhir ia gagal mengangkat barbel 115 kg, sehingga medali emas pun harus diserahkan kepada lifter Thailand Tanasan Sopita.

Pewarta: Teguh Handoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016