Saya usul agar Komisi VI dapat membentuk Panja PTPN di masa sidang berikutnya untuk menindaklanjuti kinerja PTPN,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi VI DPR RI Mustofa Assegaf mengusulkan pembentukan panitia kerja untuk mengawasi kinerja perusahaan dan aspek finansial dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang ada di berbagai daerah.

"Saya usul agar Komisi VI dapat membentuk Panja PTPN di masa sidang berikutnya untuk menindaklanjuti kinerja PTPN," kata Mustafa dalam rilis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Hal tersebut, ujar dia, mengingat sejumlah hal seperti kunjungan Komisi VI DPR ke PTPN VI Provinsi Jambi dan menemukan bahwa kinerja perusahaan perkebunan tersebut menurun secara drastis.

Politisi PPP itu menginginkan agar Panja tersebut nantinya mendalami kinerja PTPN tetapi masih dilakukan pendalaman apakah pemeriksaan dan pengawasan itu nantinya dilakukan secara terpisah atau tidak.

Misalnya, apakah Panja PTPN yang khusus mengelola komoditas kelapa sawit apakah sama dengan Panja PTPN yang khusus mengelola ternak, dan permasalahan lainnya, sehingga diharapkan ada masukan dari masyarakat.

PTPN merupakan perusahaan perkebuhan yang merupakan BUMN dan kebanyakan merupakan perkebunan peninggalan dari zaman kolonial dahulu, sehingga pengelolaannya saat ini betul-betul perlu dilakukan agar sesuai untuk meningkatkan pendapatan negara.

Sejumlah PTPN baru-baru ini sebenarnya telah berencana membuat berbagai program pengembangan, seperti Holding Company PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III segera membangun pabrik minyak goreng di Sei Mangke, Sumatera Utara berkapasitas 600.000 ton per tahun dengan investasi Rp558 miliar.

"September 2016 akan groundbreaking (peletakan batu pertama). Dengan masa konstruksi selama 18 bulan, maka pabrik miyak goreng PTPN III itu diharapkan mulai berproduksi sekitar Februari 2018," kata Direktur Holding Company PTPN, Elia Massa Manik, di Jakarta, Senin (18/7).

Menurut Elia, pabrik yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) itu berada di lahan seluas 2.000 hektare, dan pembangunan dijadwalkan bakal berlangsung pada tahun 2016 ini serta terkait lahan dinilai sudah tidak ada masalah.

Sementara itu, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII melakukan ekspor buah pisang mas kirana sebanyak 18 ton per minggu dengan tujuan Tiongkok, bahkan jumlah tersebut dinilai masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sana.

"Pangsa pasarnya cukup bagus, bahkan ekspor sebanyak 18 ton per minggu ke Tiongkok tersebut masih kurang, karena komoditas pisang sangat dibutuhkan sekali di sana," kata Asisten Manajer Perkebunan Zelandia PTPN XII Firman Solihin di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (30/7).

Ekspor perdana pisang mas kirana yang ditanam PTPN XII dimulai sejak November 2014 dengan peluncuran perdana ekspor ke Tiongkok sebanyak 3.840 kilogram yang terbagi dalam 384 karton dan ekspor pisang perdana itu dibeli seharga Rp6.100 per kilogram, lebih tinggi dibanding harga beli di pasar lokal.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016