Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengharapkan kunjungan Presiden Tajikistan, Emomali Rahmon, di Indonesia dapat menguatkan hubungan bilateral sekaligus menjalin kerjasama ekonomi khususnya sektor industri.

“Selama ini kedua negara belum ada kerjasama investasi di sektor industri. Untuk itu, kedatangan Presiden Emomali ini menjadi kesempatan emas untuk menawarkan kerjasama industri yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian kedua negara,” ujar dia, melalui siaran pers di Jakarta, Senin.

Dia menyampaikan hal itu usai mendampingi Presiden Joko Widodo melakukan Bilateral Meeting dengan Presiden Emomali di Istana Merdeka, Jakarta.

Kunjungan kenegaraan Rahmon di Indonesia ini merupakan kali ketiga selama berlangsungnya hubungan diplomatik kedua negara sejak 1994. Kali ini, Emomali bersama delegasi akan menghadiri pertemuan World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 pada 2-4 Agustus 2016 di Jakarta.

Airlangga menyampaikan, pada 2003, kedua negara telah memiliki kesepakatan dalam bentuk MoU dan kesepakatan yang ditandatangani di Jakarta, antara lain mencakup pembentukan Joint Commission, persetujuan perdagangan, serta kerja sama ekonomi dan teknik.

Sedangkan, dalam upaya menjalin kerja sama di sektor industri, Airlangga mengusulkan beberapa hal, yaitu mengaktifkan Joint Commission for Bilateral Cooperation sebagai sarana untuk mendiskusikan lebih lanjut kemungkinan kerja sama di bidang industri yang lebih erat di antara kedua negara.

Selanjutnya, memfasilitasi pelaksanaan Trade Mission guna penguatan kerja sama antara bisnis kedua negara (B2B) untuk meningkatkan volume perdagangan khususnya produk-produk industri.

“Dan, membentuk kerja sama teknis di bidang industri potensial dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing produk industri pada kedua negara,” tuturnya.

PDB negara pecahan Uni Soviet yang terletak di Asia Tengah ini pada 2015 sebesar 7,8 miliar dollar AS atau setara 9 persen PDB Indonesia dengan pertumbuhan PDB sebesar 4,2 persen.

Jumlah penduduk Tajikistan sebanyak 8,2 juta dengan pendapatan per kapita adalah 925,9 dollar AS per tahun (27 persen rakyat Indonesia).

Pada 2015, ekspor Indonesia hanya sebesar 67.400 dollar AS sementara impor 2.400 dollar AS. Ekspor Indonesia ke negara itu adalah serat sintetis, produk sabun-sabunan, dan mebel. Sementara impor Indonesia hanya kulit mentah.

Sektor industri di Tajikistan menyumbang 17,3 persen dari output nasional dengan industri utamanya yakni alumunium, semen dan minyak nabati. Ekspor utama Tajikistan adalah alumunium, bijih mineral, logam mulia, dan kapas, di mana negara tujuan utama ekspornya adalah Turki, Kazakstan, dan Swiss.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016