Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Indonesia, dari segala level mulai dari orang awam sampai elit negara, sebagian besar masih terjebak dalam formalisme dan labelitas agama. "Bahkan agama menjadi labelitas kehidupan politik," kata Dr Wahidin Puarada, MSi yang juga Bupati Fakfak, Provinsi Irian Jaya Barat, ketika menyampaikan hikmah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara Jakarta, kemarin. Dalam acara yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Ani Yudhoyono tersebut, Wahidin Puarada menyampaikan ceramah bertema "Meneladani Nabi Muhammad SAW untuk Mencapai Kesuksesan". Menurut dia, dalam birokrasi pun formalisme dalam agama amat terasa. Ia mencontohkan, sumpah sebagai PNS dan sumpah jabatan seakan-akan terlepas begitu saja tanpa pengaruh yang signifikan pada tugas dan tanggung jawab PNS dan pejabat negara. Pembangunan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah di lembaga dan instansi, katanya, ternyata belum banyak berpengaruh untuk mencegah perbuatan yang bertentangan dengan agama. Dalam ceramahnya, Wahidin juga menyebut masyarakat muslim di masa Rasulullah SAW dan "Khulafaur Rasyidin" sebagai negeri ideal dan sejahtera dengan masyarakat yang mendapat ampunan Allah SWT ("baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur"). "Predikat masyarakat ideal atau `khairu ummah` itu dicapai dengan kriteria, yaitu melakukan dan menyerukan kebaikan, menghindari dan mencegah kemunkaran, serta memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," katanya. Di akhir ceramahnya, Wahidin Puarada menyebut sepuluh langkah yang dicontohkan Rasulullah SAW untuk mencapai kesuksesan, yaitu pertama mengandalkan kekuatan ilmu pengetahuan. Kedua, tidak menganggap enteng pihak lain. Ketiga, tidak pernah mentolerir pembinasaan diri dan orang lain. Keempat, selalu menjunjung tinggi keadilan. Kelima, fleksibel dalam memperjuangkan suatu tujuan. Keenam, tidak memaksakan kehendak dalam mencapai tujuan. Ketujuh, menyadarkan kepada masyarakat akan datangnya "ajal" (akhir) suatu rezim. Kedelapan, bersikap selektif terhadap berbagai informasi. Kesembilan, menghindari perpecahan di masyarakat dengan menghindari sikap tidak terpuji. Sedangkan langkah kesepuluh adalah menekankan substansi persatuan dalam masyarakat dan tidak menonjolkan perbedaan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007